Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (UNTR) berencana mengurangi ketergantungan pendapatan dari segmen usaha batubara.
Hal ini sejalan dengan komitmen United Tractors menuju net zero emission (NZE) pada 2050.
Direktur United Tractors, Iwan Hadiantoro, mengatakan, saat ini, sektor pertambangan batubara menjadi kontributor utama pendapatan.
Nilai pendapatan United Tractors dari segmen batubara sekitar 70% terhadap total pendapatan.
Baca Juga: Mulai Kurangi Porsi Batubara, United Tractors (UNTR) Perkuat Tambang Mineral
"Pada 2023, target kontribusi antara bisnis yang berhubungan dengan batubara dan non-batubara masing-masing mencapai 50%," ujar Iwan, Rabu (7/5).
Untuk bisa mencapai target ini, Iwan mengatakan, United Tractors akan fokus pada sektor pertambangan mineral dan mengembangkan sektor energi baru terbarukan (EBT).
Ekspansi ini dalam jangka pendek dan panjang. Sehingga, kontribusi segmen ini ke pendapatan akan terdampak secara bertahap.
"Kami tidak akan berinvestasi lagi di aset yang terkait batubara. Dua segmen utama yang akan kami kembangkan, yakni tambang mineral dan renewable energy," ujarnya.
Baca Juga: Astra International (ASII) Melebarkan Sayap di Bisnis Non Inti
Untuk memperbesar portofolio pertambangan mineral, United Tractors telah melakukan due diligence dengan perusahaan di sektor pertambangan mineral dalam negeri hingga mancanegara.
Lalu, dari sektor EBT, United Tractors tengah mengembangkan bisnis hydro power plant, proyek mini hydro hingga proyek pembangkit listrik tenaga surya.
United Tractors menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 1,2 miliar.
Sekitar US$ 900 juta dialokasikan untuk sektor tambang, terutama untuk pembelian alat-alat baru.
Baca Juga: Pertebal Kontribusi Mineral, Cek Rekomendasi United Tractors (UNTR)
Lalu, sebesar US$ 150 juta dana capex digunakan untuk sektor tambang emas dan sebesar US$ 50 juta dipakai untuk sektor konstruksi.
Hingga kuartal I-2023, United Tractors telah menyerap capex mencapai US$ 325 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News