kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kupon sukuk global bakal tinggi


Selasa, 10 September 2013 / 08:37 WIB
Kupon sukuk global bakal tinggi
ILUSTRASI. Calon presiden Timor Leste Jose Ramos Horta menunjukkan jarinya yang bertinta setelah memberikan suaranya pada putaran kedua pemilihan presiden Timor Leste di Dili, Timor Leste, 19 April 2022. REUTERS/Lirio da Fonseca


Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Situasi ekonomi domestik yang belum kondusif mengharuskan pemerintah menunggu waktu yang tepat untuk menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk global. Meski pemerintah mengklaim: sambutan investor cukup positif selama roadshow ke London dan Timur Tengah pada pertengahan Agustus 2013.

Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Dahlan Siamat mengungkapkan, setelah roadshow berakhir, pemerintah akan segera melakukan penawaran umum (book building) dan menetapkan kupon saat kondisi pasar dinilai cukup kondusif. “Saat ini, kami memperhatikan perkembangan pasar dengan memperhitungkan kebijakan stimulus moneter dari The Fed,” ujar Dahlan, Senin (9/9).

Di luar ketidakpastian waktu penerbitan, I Made Adi Saputra, analis obligasi NC Securities mengatakan, instrumen surat utang ini cukup menarik. Pemerintah bakal menetapkan kupon sekitar 5,45% dengan yield yang ditawarkan di 5,60% dengan tenor 10 tahun.

Estimasi ini  lebih tinggi ketimbang yield sukuk global tahun sebelumnya 3,3%. Saat itu, pemerintah menerbitkan sukuk global sebesar US$ 1 miliar degan tenor l0 tahun.

Maklum, penerbitan sukuk global saat ini dalam kondisi yang kurang kondusif, sehingga kupon yang ditetapkan akan tinggi. Sejumlah faktor eksternal mempengaruhi tingginya kupon. Salah satunya adalah imbal hasil US treasury sebagai acuan penerbitan global bond yang menanjak seiring rencana The Fed mengurangi stimulus moneter di AS.

Tak bergerak signifikan

Selain itu, dana dari investor global masih cenderung keluar dari pasar negara berkembang akibat perbaikan ekonomi AS. Kondisi itu mengakibatkan yield surat utang, baik domestik maupun global bond mengalami kenaikan. Di sisi lain, dari dalam negeri kebutuhan utang masih tinggi karena hasil penerbitan utang masih di bawah target.

Dahlan melihat, yield surat utang saat ini sudah merefleksikan kebijakan pengurangan stimulus moneter dari The Fed. Dengan asumsi demikian, yield obligasi tidak akan bergerak signifikan saat diputuskan kebijakan pemangkasan stimulus moneter.     

Herdi Ranu Wibowo, Head of Fixed Income BCA Sekuritas memprediksi, sukuk global akan memberikan kupon sekitar 6,5%-7%. Dia menduga, inflasi tinggi dan kondisi ekonomi global mendorong investor meminta kupon tinggi.    

Sekadar informasi, total penerbitan surat utang pemerintah hingga Agustus 2013 sekitar Rp 140,2 triliun. Sedangkan, target penerbitan tahun ini mencapai Rp 231,8 triliun. Artinya, pemerintah masih perlu menerbitkan Rp 91,6 triliun lagi dalam jangka waktu empat bulan.    

Tahun ini, pemerintah menargetkan bisa menggengam dana US$ 6 miliar dari penerbitan surat utang berdenominasi dollar AS. Dari target tersebut, pemerintah telah menerbitkan US$ 4 miliar dari global bond. "Jadi masih ada US$ 2 miliar lagi yang akan dipenuhi dari sukuk global dan SUN dollar AS yang akan diterbitkan di dalam negeri," ujar Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×