Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tekanan pasar obligasi diprediksi takkan berlangsung lama. Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto memperkirakan yield SUN bakal turun di kuartal IV tahun ini.
Analisis dia, yield SUN bertenor lima tahun akan turun ke level 8% dibandingkan posisi per 9 September 2015 yang 8,38%. Adapun yield SUN bertenor 10 tahun diperkirakan turun ke level 8,9% dari posisi 9 September yang sebesar 9,15%. Demikian juga dengan yield bertenor 20 tahun yang diyakini turun ke 9,26% dari 9 September yang 9,42%.
Asumsi tersebut mempertimbangkan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang diprediksi tetap sebesar 7,5% dan core inflation di level 4,8% pada kuartal IV. Selain itu, Anto juga menghitung nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sekitar Rp 14.500 per dollar AS di kuartal IV.
Menurut dia, kembali bullish-nya pasar obligasi akan ditopang oleh meningkatnya daya beli Bank Indonesia dan investor domestik. "Investor lokal akan tertarik masuk ke obligasi ditopang oleh rendahnya laju inflasi serta menariknya yield obligasi dibandingkan suku bunga deposito," ujar Anto.
Investor asing juga diperkirakan masih akan masuk sehingga mengerek harga obligasi. Kesuksesan pemerintah menerapkan strategi front loading juga akan memicu membaiknya pasar obligasi.
Sedangkan Nico mengatakan yield SBN secara teknikal masih dalam pola downtrend. Artinya, yield berpeluang mengalami kenaikan.
Namun, dia optimistis yield berpotensi turun apabila pemerintah dapat menjaga stabilitas kurs dengan baik. "Untuk jangka pendek saya rasa masih agak berat, namun untuk jangka panjang potensi untuk mengalami penurunan yield sangat besar," tutur Nico.
SBN di kuartal IV tahun ini diprediksi masih mengalami tekanan akibat belum adanya kepastian kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Fed rate. Dari dalam negeri, keadaan ekonomi Indonesia juga masih melemah.
"Namun penyerapan anggaran yang mulai membesar serta kebijakan pemerintah yang mulai berjalan memberikan adanya tanda-tanda perbaikan ekonomi," tutur Nico.
Menurut dia, investor saat ini bisa menerapkan strategi membeli obligasi jangka pendek untuk meredam volatilitas yang akan terjadi beberapa waktu ke depan. Namun investor juga perlu menambah obligasi berdurasi jangka menengah dan panjang untuk memaksimalkan portfolio dengan porsi yang tidak sebesar obligasi jangka pendek.
"Memanjangkan durasi investasi bisa merupakan pilihan selanjutnya sehingga perhitungan valuasi saat ini bisa memberikan keputusan investasi jangka menengah hingga panjang," tutur Nico. Kemudian, bila masih ada cash investor bisa mengalokasikannya ke ORI012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News