Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Gejolak global semakin menggerogoti pasar domestik. Posisi Credit Default Swap (CDS) bertenor 10 tahun, ukuran resiko berinvestasi, pada Rabu (21/9) ditutup melesat naik ke posisi 325,09 dari 278,74 pada hari sebelumnya. Ini merupakan level tertinggi selama 2011. Lalu, CDS bertenor 5 tahun, pada periode yang sama, juga turut melonjak di posisi tertingginya, yaitu di 234,07 dari 201,26.
Pada saat yang sama, harga obligasi pemerintah semakin terpangkas. Asal tahu saja, indeks Inter Dealer Market Association (IDMA), acuan harga obligasi pemerintah, kemarin (21/9) ditutup di 102,48 atau terkoreksi 4,54% dari posisi tertingginya 107,36 per 9 September lalu.
Analis obligasi CIMB Prinsipal Asset Management Agus Salim menilai bahwa kondisi pasar obligasi saat ini belum dalam fase yang mengkhawatirkan. "Kita pernah mengalami kenaikan CDS sampai mencapai 1.000 pada 2008,", kata Agus, Kamis (22/9). Selain itu, kondisi menurunnya stabilitas pasar obligasi maupun pasar saham, tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Namun juga terjadi di pasar negara-negara kawasan regional lainnya.
"Jika hanya pasar Indonesia yanga turun, sedangkan pasar Thailand, Malaysia atau Singapura tidak, itu baru dikatakan mengkhawatirkan," lanjut Agus.
Dia menambahkan, koreksi pasar saat ini, sangat dipengaruhi sentimen global. Sementara, dari sisi domestik Indonesia tidak memiliki masalah sama sekali. "Ditambah lagi penegasan dari International Moneter Fund (IMF) mengenai prediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diturunkan menjadi 1,5% tahun ini dari prediksi sebelumnya 2,5%," jelas Agus.
Selain itu, lanjut Agus, pelemahan rupiah turut mengguncang daya imun tahan obligasi pemerintah. Pada penutupan Rabu (21/9), rupiah ditutup melemah ke posisi 9.366.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News