Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat menembus level US$ 400 pada kuartal pertama 2022, harga batubara kemudian melandai. Bahkan harga batubara sempat menyentuh ke level US$ 191 per ton ketika terjadi penurunan harga.
Namun, kini harga harga batubara kembali memanas dan menyentuh lagi level US$ 405 per ton pada akhir Mei. Pada hari ini, Selasa (7/6), harga batubara sedikit terkoreksi dan berada di level US$ 394,35 per ton.
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengungkapkan, kenaikan harga batubara tidak terlepas dari adanya krisis energi yang terjadi di India. Hal ini didorong oleh melonjaknya permintaan impor batubara dari India untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik seiring terjadinya gelombang panas sejak April lalu.
Baca Juga: Mengukur Dampak Panasnya Harga Minyak Bagi Emiten
Di satu sisi, India juga harus mengamankan pasokan batubara untuk menyambung musim penghujan pada Juli hingga September mendatang. Tapi, Wahyu menilai kenaikan harga batubara tidak semata-mata dipicu oleh India, tapi juga datang dari komoditas energi lainnya,
“Larangan yang diberikan ke Rusia oleh Eropa telah memicu kenaikan harga pada harga gas alam, yang pada akhirnya ikut merembet ke batubara. Pasalnya, banyak negara yang bergantung pada gas alam beralih ke batubara untuk saat ini,” jelas Wahyu ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/6).
Secara fundamental, Wahyu menilai pasokan batubara saat ini masih terbatas, terlebih dengan Rusia yang dikenai sanksi ekonomi. Di satu sisi, banyak juga tambang batubara yang harus tutup lantaran banyak negara yang beralih go green. Sementara dari permintaan justru terus naik dengan pulihnya aktivitas ekonomi di berbagai belahan dunia.
Baca Juga: Emiten Batubara Mengalap Peluang Krisis Listrik India
Oleh karena itu, Wahyu melihat pada tahun ini harga batubara masih berpotensi naik. Kendati begitu, ia melihat kenaikan harga batubara akan diikuti dengan koreksi. Hal tersebut dikarenakan pemerintah China akan melakukan intervensi agar menjaga harga tidak terlalu mahal dengan memacu produksi dalam negeri.
“Saat ini, batubara masih akan bergerak di kisaran US$ 400 per ton, namun level US$ 500 bisa menjadi target baru untuk batubara di tahun ini,” imbuh dia.
Sementara secara jangka menengah, Wahyu memperkirakan batubara bisa kembali turun ke US$ 300 per ton jika tidak ada katalis baru yang mengangkat harga batubara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News