Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih belum terbuka mengenai rencana penerbitan saham melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) alias rights issue.
Dalam jawaban atas pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (23/5), BUMI dicecar otoritas mengenai pihak yang akan ditunjuk sebagai pembeli siaga (standby buyer) rights issue senilai Rp 6,54 triliun tersebut.
Dileep Srivastava, Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI dalam jawaban itu menegaskan, BUMI akan menggunakan mekanisme pembeli siaga dalam pelaksanaan rights issue. Lalu, siapa yang akan ditunjuk BUMI sebagai pembeli siaga itu?
"Kreditur dan para pihak yang ditunjuk oleh Perseroan," tulis Dileep, Jumat (23/5). Saat ini, BUMI menanggung utang kepada lima kreditur berbeda. Rinciannya, BUMI menanggung utang US$ 140 juta kepada Axis Bank Limited.
BUMI juga berutang US$ 117,5 juta kepada Credit Suisse. Kreditur ketiga adalah Deutsche Bank dengan utang senilai US$ 62,5 juta. UBS AG juga tercatat sebagai kreditur BUMI dengan menggelontorkan utang US$ 54 juta.
Kreditur terakhir tentunya adalah para pemegang obligasi konversi yang diterbitkan BUMI senilai US$ 375 juta. Keberadaan pembeli siaga ini menjadi penting dalam rencana rights issue BUMI.
Bagaimana tidak, di tengah merosotnya harga saham, BUMI malah berniat merilis 26,17 miliar saham baru lewat rights issue. Harga pelaksanaan rights issue senilai Rp 250 per saham.
Harga ini tergolong premium jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan Jumat (23/5) yang senilai Rp 214 per saham. Terkait hal itu, Dileep bilang, penentuan harga sudah realistis dengan mempertimbangkan perkiraan profitabilitas proforma dan asumsi 5 kali laba per saham.
Jika rights issue terserap maksimal, BUMI akan meraih dana segar senilai Rp 6,54 triliun yang akan digunakan untuk empat kebutuhan. Pertama, sekitar Rp 1,73 triliun atau US$ 150 juta akan digunakan untuk melunasi pinjaman dari China Investment Corporation (CIC). Fasilitas itu sejatinya diperoleh dari anak CIC, yaitu Country Forest Limited (CFL) pada 18 September 2009.
Total pinjaman BUMI ke CFL tercatat US$ 1,3 miliar. Senilai US$ 600 juta dari fasilitas itu akan jatuh tempo pada 18 September 2014, sementara US$ 700 juta baru jatuh tempo pada 18 September 2015.
Kedua, sekitar Rp 1,73 triliun atau setara US$ 150 juta akan digunakan BUMI untuk melunasi fasilitas utang dari Castleford Investment Holdings Ltd. Fasilitas itu diperoleh pada 14 November 2013 yang digunakan untuk ekspansi anak usaha BUMI.
Ketiga, BUMI akan menggunakan Rp 2,59 triliun atau setara US$ 225 juta untuk melunasi obligasi (guaranteed convertible bond) yang diterbitkan pada 5 Agustus 2009. Sisa dana hasil rights issue lainnya akan digunakan untuk modal kerja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News