Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Kinerja keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) cenderung mendatar pada tahun ini. Di semester I 2014, laba bersih UNVR hanya tumbuh 0,7% dibandingkan setahun lalu atau year-on-year (yoy) menjadi Rp 2,84 triliun. Sedangkan penjualannya tumbuh 14% (yoy) menjadi Rp 17,6 triliun.
Penjualan produk home & personal care (HPC) di semester I 2014 tumbuh tipis sebesar 8% (yoy). Pertumbuhan itu lebih rendah dari perkiraan Tiesha Narandha, analis Samuel Sekuritas.
Secara kuartalan, penjualan HPC di kuartal II-2014 turun 6% dibandingkan kuartal sebelumnya. Padahal, Tiesha tak melihat ada persaingan produk HPC UNVR dengan perusahaan sejenis. Sebab, perusahaan rekanan juga tertekan oleh pelemahan rupiah. Memang, sebagian besar bahan baku produk UNVR berasal dari luar negeri. Hal ini mendorong produsen mengerek harga untuk melindungi margin.
Secara umum, Tiesha menjelaskan, laba bersih UNVR sejalan dengan prediksinya. Namun penjualan UNVR berada di bawah perkiraannya.
Tiesha menilai melemahnya pertumbuhan HPC lantaran konsumen sensitif terhadap perubahan harga, dengan mengurangi pembelian atau beralih ke produk lain yang lebih murah. Dia akan terus memantau perkembangan penjualan HPC dalam kuartal selanjutnya. Menurut Tiesha, melemahnya penjualan di kuartal II 2014 mengindikasikan berat bagi UNVR untuk kembali menaikkan harga di semester kedua tahun ini.
Analis JP Morgan, Princy Singh dalam riset per 25 Juli 2014 menyebutkan, UNVR masih mengalami tekanan margin dari kenaikan harga bahan baku, meski sudah menaikkan harga jual.
Princy melihat momentum pertumbuhan penjualan dari segmen HPC telah mereda selama beberapa kuartal terakhir. Hal ini mencerminkan naiknya intensitas persaingan. Margin EBITDA UNVR sebesar 25% merupakan yang tertinggi diantara rekanan di segmen HPC. Namun, kata Princy, margin UNVR masih rentan terhadap ketatnya persaingan. Apalagi, banyak pemain baru dari segmen HPC yang berusaha meningkatkan pangsa pasarnya.
Tapi Tiesha berharap UNVR masih bisa mengerek harga jual untuk mengimbangi tekanan margin. Dia bilang, UNVR memiliki target konsumen yang berlapis-lapis, mulai dari kalangan bawah hingga menengah ke atas. Tiesha melihat kenaikan harga sulit diterima kalangan bawah.
Salah satu siasat UNVR adalah membuat produk premium. Contohnya, mengeluarkan berbagai jenis pasta gigi di luar jenis originalnya atau mengeluarkan produk minuman berlabel premium.
Tiesha menurunkan target pendapatan UNVR selama 2014 hingga 2016 sebesar 5% hingga 8%. Tahun ini, dia memperkirakan pendapatan UNVR senilai Rp 36,03 triliun atau naik 17,13% (yoy). Adapun laba bersihnya ditaksir Rp 5,83 triliun atau naik 9,8% (yoy).
Princy memasang underweight UNVR dengan target Rp 20.760 per saham. Tiesha merekomendasikan hold dengan target Rp 33.400 per saham. Analis Mandiri Sekuritas, Herman Koeswanto merekomendasikan buy dengan target Rp 34.500 per saham. Harga saham UNVR pada perdagangan kemarin ditutup turun 1,25% menjadi Rp 31.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News