kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Koreksi minyak WTI bisa segera usai


Selasa, 21 Juni 2016 / 15:08 WIB
Koreksi minyak WTI bisa segera usai


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Meski fundamental cukup kuat mendorong harga minyak dunia untuk naik, namun nyatanya di perdagangan hari ini harga minyak tetap terkikis.

Mengutip Bloomberg, Selasa (21/6) pukul 11.36 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Juli 2016 di New York Mercantile Exchange menukik 0,43% ke level US$ 49,16 per barel dibanding hari sebelumnya.

Pergerakan fluktuatif ini terjadi karena antisipasi pelaku pasar terhadap hasil referendum Brexit yang akan berlangsung dua hari mendatang. Selain juga karena kenaikan harga minyak WTI yang sudah mendekati level US$ 50 per barel membuat pasar melakukan aksi profit taking yang menahan laju harga.

“Beberapa pekan terakhir memang harga minyak WTI didominasi oleh faktor umum dari sentimen pasar global dan sangat kecil dari pengaruh yang spesifik dari fundamentalnya sendiri,” kata Angus Nicholson, Market Analyst IG Ltd seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (21/6). Yang mana diprediksi hal ini masih akan terus berlangsung sepanjang pekan akibat antisipasi referendum Brexit.

Namun untuk jangka panjang dengan kembali diaktifkannya rig pengeboran minyak di AS itu dilihat sebagai sinyal membaiknya permintaan. Apabila itu terus terjadi harga bisa bergulir ke kisaran US$ 55 – US$ 60 per barel.

Dilaporkan, jika harga terus naik beberapa produsen siap mengaktifkan kembali beberapa rig pengeborannya. Sebut saja Marathon Oil Corp yang siap menggenjot jumlah rignya jika harga kembali ke level US$ 50 per barel.

Belum usai, harga juga masih bisa didukung oleh katalis positif yang datang dari Arab Saudi yang memangkas pengiriman minyaknya pada April 2016 lalu ke titik terendahnya dalam enam bulan terakhir. Ini terjadi karena penggunaan minyak dalam negeri Arab sendiri sedang tinggi untuk pendingin ruangan akibat cuaca yang panas.

Sementara pasar sendiri sedang menanti laporan stok minyak mingguan AS yang akan dirilis oleh Energy Information Administration (EIA). Dari survei Bloomberg diperkirakan stok minyak turun 1,5 juta barel. Sedangkan dari EIA saat ini stok minyak AS hingga pekan lalu saja sudah mengalami penurunan dalam empat minggu beruntun menjadi 531,5 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×