Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sajian data ekspor yang positif gagal menolong harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menanjak. Beban datang dari kembali unggulnya ringgit Malaysia dan kekhawatiran lonjakan produksi di paruh kedua 2017 nanti.
Mengutip Bloomberg, Rabu (25/1) pukul 14.49 WIB harga CPO kontrak pengiriman April 2017 di Malaysia Derivative Exchange merosot 1,05% ke level RM 3.116 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir pun harga CPO sudah menukik 1,07%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures mengatakan fundamental CPO sedang dibalut beragam katalis yang saling tarik menarik mempengaruhi pergerakan harga. Pertama, penguatan ringgit Malaysia beberapa waktu terakhir akibat pelemahan yang masih terus diderita USD jadi beban bagi pergerakan CPO.
Harga yang terbilang tinggi dan ringgit yang menguat membuat harga jual CPO jadi mahal, tentunya ini menyebabkan pelaku pasar cenderung beralih ke komoditas substitusi dan sesaat meninggalkan CPO. Faktor lainnya datang dari kekhawatiran pasar akan membaiknya produksi di Malaysia dan Indonesia sepanjang tahun 2017 ini.
“2015 dan 2016 lalu kan produksi terkikis karena masalah lingkungan dan El Nino, sementara tahun ini diprediksi cuaca akan lebih stabil dan ini positif bagi produksi CPO ke depannya,” kata Deddy.
Di saat ada sinyal produksi akan naik, maka wajar harga CPO terpapar koreksi. Hanya saja, memang ini bersifat sementara karena belum ada bukti di pasar bahwa telah terjadi kenaikan produksi yang signifikan.
Meski demikian bukan berarti tidak ada katalis yang bisa mengangkat harga CPO lagi dalam waktu dekat. Katalis positif datang dari laporan China Custom General Administration mengenai impor CPO China Desember 2016 yang naik 1,8% menjadi 679,5 metrik ton dibanding bulan sebelumnya.
Belum lagi, Intertek Testing Services juga mencatatkan ekspor CPO Malaysia periode 1 – 25 Januari 2017 melambung 9,3% ke level 845.441 metrik ton dibanding periode yang sama bulan lalu.
“Permintaan nampaknya masih akan terjaga, maka peluang harga naik lagi tetap ada dan bahkan bisa mengejar level RM 3.180 per metrik ton,” tebak Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News