Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Tren kenaikan harga batubara mengangkat pamor PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Apalagi, produsen batubara pelat merah ini sudah mengikat kontrak pengiriman batubara dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Kedua pihak sepakat menggunakan harga batubara acuan (HBA) kuartal IV-2016.
Laporan keuangan PTBA pada kuartal I-2017 memperlihatkan, nilai penjualan batubara PTBA ke PLN mencapai Rp 1,4 triliun. Jumlah ini setara 31% dari total pendapatan, yakni sebesar Rp 4,5 triliun. Tentu harga penjualan batubara ke PLN akan berpengaruh pada pendapatan PTBA sepanjang tahun ini.
Analis Ciptadana Sekuritas Kurniawan Sudjatmiko menilai, dengan penetapan harga jual batubara ke PLN menggunakan harga jual pada kuartal IV-2016, tentu menguntungkan PTBA. Sebab, harga jual batubara di kuartal tersebut cukup tinggi, yakni US$ 90,12 per ton. Angka ini akan menjadi harga jual batubara PTBA ke PLN sepanjang 2017. "Ini harga jual yang bagus untuk PTBA, karena HBA pada periode itu menunjukkan tren kenaikan," ujar Kurniawan dalam riset 28 April 2017.
Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan menyebutkan, porsi penjualan batubara PTBA ke PLN cukup besar. Dengan kepastian harga, otomatis sedikit mengurangi pengaruh fluktuasi harga di pasar. Tapi kesepakatan itu hanya sampai tahun ini, sementara skema harga jual tahun depan mungkin berbeda.
Menurut Andy, saat ini kedua perusahaan mendiskusikan kesepakatan baru untuk kontrak tahun depan. Rencananya kontrak diperbarui setiap tiga bulan, namun opsi ini belum disepakati.
Di kuartal I-2017, pendapatan PTBA naik 28,53% year-on-year (yoy) menjadi Rp 4,55 triliun. Analis JP Morgan Indra Cahya menyatakan, pencapaian itu didukung kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) batubara sebesar 22% menjadi Rp 811.345 per ton. Di saat yang sama, volume penjualannya naik 4% jadi 5,44 juta ton.
PTBA pun meraup kenaikan laba bersih 161,85% (yoy) menjadi Rp 870,83 miliar. Pencapaian PTBA merupakan buah dari kenaikan harga dan efisiensi. "Ini di atas ekspektasi kami, karena stripping ratio lebih rendah dari ekspektasi," kata Indra.
Andy bilang, stripping ratio PTBA mencapai 4,0 kali dari target sepanjang 2017, yaitu 4,5 kali dan lebih rendah dibanding tahun lalu 5,4 kali.
Selama tiga bulan pertama tahun ini, produksi batubara PTBA tumbuh 38% (yoy) menjadi 4,49 juta ton. Tapi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 6,64 juta ton, produksi batubara turun 32%.
Andy menilai, hal ini wajar secara musiman dan pada kuartal kedua produksi batubara PTBA diprediksi akan lebih tinggi. "Oleh karena itu kami optimistis volume penjualan batubara sepanjang 2017 mencapai 27,3 juta ton," ungkap Andy.
Demi mendukung target penjualan, Kurniawan menyebutkan, PTBA menggaet PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mengangkut batubara. KAI berkomitmen mengangkut 18 juta ton ke pelabuhan Tarahan dan 3,7 juta ton ke pelabuhan Kertapati.
Kurniawan memproyeksikan pendapatan PTBA pada 2017 dan 2018 masing-masing Rp 19,32 triliun dan Rp 20,97 triliun. Adapun laba bersihnya diprediksi masing-masing Rp 3,28 triliun dan 3,52 triliun.
Andi dan Kurniawan merekomendasikan buy PTBA dengan target masing-masing Rp 17.850 dan Rp 17.990 per saham. Adapun Indra merekomendasikan neutral dengan target Rp 14.500. Harga PTBA, Rabu (24/5), ditutup di level Rp 10.750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News