kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kontrak berjangka obligasi terbit


Selasa, 09 Mei 2017 / 08:25 WIB
Kontrak berjangka obligasi terbit


Reporter: Olfi Fitri Hasanah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Koleksi instrumen investasi pasar modal Indonesia bertambah. Kini, investor juga bisa menempatkan dananya di instrumen investasi berjangka obligasi, yakni Kontrak Berjangka Surat Utang Negara (KBSUN).

Produk yang juga dikenal dengan nama Indonesia Government Bond Futures(IGBF) ini resmi diluncurkan pada Senin (8/5). Alpino Kianjaya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Bursa Efek Indonesia (BEI,) menjelaskan, KBSUN merupakan instrumen investasi alternatif yang dapat menjadi sarana lindung nilai atau hedging bagi investor.

Peluncuran KBSUN juga diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar surat utang. SUN dipilih karena saat ini pasar obligasi domestik masih didominasi oleh obligasi pemerintah. "KBSUN dapat menjadi sarana lindung nilai bagi investor yang ingin melindungi portofolio mereka di pasar surat utang dari kenaikan yield atau penurunan harga," ungkap Alpino dalam siaran pers, Senin (8/5).

Lihat saja, nilai outstanding surat utang yang tercatat di BEI per 31 Maret 2017 mencapai Rp 2.216 triliun. Dari jumlah tersebut, 85,33% di antarannya berupa surat berharga negara (SBN) dan sisanya 14,62% obligasi korporasi.

Ifan Mohamad Ihsan, Kepala Divisi Operasional Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), menilai kehadiran KBSUN di pasar obligasi bakal mendapat sambutan positif dari pasar. Sebab, selama ini Indonesia belum memiliki instrumen hedging di pasar obligasi pemerintah. "Produk semacam ini sangat ditunggu oleh pasar," ujar dia.

Namun, hingga peluncuran kemarin, ia belum mengetahui pasti kapan instrumen ini mulai diperdagangkan.

Menurut Ifan, sebelum ada KBSUN, investor tidak memiliki pilihan selain menjual surat utang ketika kondisi pasar obligasi sedang crash. "Jika nanti harga obligasinya turun, investor bisa ambil posisi, sehingga potensi kerugian bisa tertutup oleh hasil lindung nilai di IGBF," jelas dia.

Investor institusi

Mengawali kiprahnya di pasar modal Indonesia, KBSUN menggunakan aset dasar obligasi seri acuan (benchmark) bertenor 5 tahun dan 10 tahun. Dus, Ifan menilai imbal hasil KBSUN akan menyerupai kupon seri fixed rate (FR) yang menjadi aset dasarnya.

Merujuk data IBPA kemarin, yield obligasi seri acuan tenor 5 tahun sebesar 6,83%. Sedangkan, yield obligasi bertenggat waktu 10 tahun berada di level 7,25%.

Yang perlu diketahui oleh investor, nilai satu unit KBSUN setara dengan Rp 1 miliar. "Bisa dibilang, minimum dana setorannya Rp 1 miliar," imbuh Ifan.

Untuk produk ini, BEI membidik investor perbankan, reksadana, investor institusional, dana pensiun, dan perusahaan asuransi. Kendati begitu, menurut Ifan, tidak menutup kemungkinan bagi investor ritel untuk membeli KBSUN. "Hanya saja, kalau melihat dari minimal pembeliannya, akan kecil kemungkinan bagi investor individu," ujar Ifan.

Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia juga sependapat. Baginya, KBSUN terbuka bagi semua investor baik domestik maupun asing. Namun jumlah minimal investasi akan menjadi pertimbangan utama. "Kalau produknya murah dan mudah untuk diakses, akan diserbu investor berbagai kalangan," kata Anil.

Asal tahu saja, KBSUN dapat diperdagangkan oleh anggota bursa (AB) yang telah terdaftar. Untuk menjajakan produk ini, AB harus menyetorkan dana agunan Rp 200 juta ke Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).

AB yang berpartisipasi dalam perdagangan KBSUN adalah Binaartha Parama Sekuritas, Henan Putihrai Sekuritas, Nikko Sekuritas Indonesia, Pacific 2000 Sekuritas, RHB Sekuritas Indonesia, Trimegah Sekuritas Indonesia, Universal Broker Sekuritas Indonesia, dan Valbury Sekuritas Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×