Reporter: Dina Farisah, Yuliani Maimuntarsih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Sepanjang kuartal I-2104, harga komoditas energi bergerak cukup fluktuatif. Selain faktor pasokan dan permintaan, konflik geopolitik di Ukraina ikut mempengaruhi pergerakan harga komoditas energi, terutama harga minyak bumi.
Permintaan bahan bakar energi sempat terkerek di awal tahun, akibat musim dingin ekstrem di Amerika Serikat (AS). Akibatnya, harga sejumlah komoditas energi sempat menanjak. Usai musim dingin di AS, harga komoditas energi berangsur turun.
Belakangan, konflik Rusia versus Ukraina kembali memanaskan harga energi. Nah, berikut ini review harga komoditas energi di kuartal I-2014 dan proyeksinya di kuartal II 2014.
-Batubara
Hingga kuartal I tahun ini, harga batubara belum kunjung membaik. Dari akhir tahun lalu hingga 31 Maret 2014, harga batubara telah tergerus 11,75%. Kemarin, harga batubara untuk kontrak pengiriman Mei 2014 di ICE Futures Europe turun 0,40% dibanding akhir Maret menjadi US$ 74,35 per metrik ton.
Salah satu faktor penyebab kejatuhan harga batubara adalah perlambatan perekonomian China. Alhasil, konsumsi batubara dari negara itu bakal berkurang.
Apalagi, China tengah mengurangi penggunaan batubara untuk pembangkit listrik. Di sisi lain, pasokan batubara yang melimpah menambah bobot tekanan batubara.
Harga batubara sempat menyentuh level terendah di kuartal I-2014 yakni pada 10 Maret 2014, sebesar US$ 71,60 per metrik ton.
Guntur Tri Hariyanto, analis PT Pefindo menilai, sepanjang kuartal I, harga batubara cenderung melemah. Meskipun batubara tengah mencoba rebound dari level harga terendahnya.
Kenaikan harga terbatas dalam beberapa hari terakhir didorong oleh kekhawatiran krisis di Crimea, Ukraina yang menyeret perseteruan antara negara Barat versus Rusia. Gara-gara konflik tersebut, perekonomian Ukraina yang salah satunya ditopang oleh produksi batubara juga memburuk.
Faktor lainnya adalah menurunnya stok batubara terutama di Pelabuhan Qinhuangdao China yang menuju level terendah sepanjang 2014. "Sehingga memberikan harapan kenaikan permintaan beberapa waktu mendatang," kata Guntur.
Namun, kenaikan harga batubara cenderung terbatas, karena China mengurangi permintaan batubara untuk pembangkit listrik di bulan Maret hingga Mei. Hingga akhir semester I-2014, Guntur memprediksi, harga batubara bergulir di US$ 73,00-
US$ 75,00 per metrik ton.
- Minyak
Di awal tahun, harga minyak mendapatkan sentimen positif dari penurunan stok minyak yang cukup besar. Stok minyak AS menyusut seiring peningkatan permintaan bahan bakar penghangat di musim dingin yang ekstrem.
Namun, harga kembali tertekan karena peningkatan produksi. Kondisi ini membuat harga minyak anjlok hingga ke level terendahnya selama kuartal I di US$ 91,40 per barel pada 13 Januari 2014.
Namun, sepanjang kuartal I 2013, harga minyak naik 3,66%. Kemarin, hingga pukul 16.20 WIB, harga minyak bertengger di US$ 99,70 per baret atau turun 0,04% dari hari sebelumnya.
Ariston Tjendra, Head of Research and Analyst Division PT Monex Investindo Futures bilang, di awal tahun harga minyak sempat tertekan karena merebaknya isu perlambatan ekonomi China sebagai pengguna energi terbesar. Hal ini dikhawatirkan akan melemahkan permintaan minyak. Terlebih, data ekonomi AS juga memburuk.
Namun, memasuki pertengahan Maret, harga minyak kembali naik ke level US$ 100 per barel. "Hal ini ditopang oleh konflik antara Rusia dengan Ukraina yang memanas," tutur Ariston.
Ariston menduga, harga minyak pada kuartal II-2014 akan membaik seiring positifnya data ekonomi AS dan Eropa. Indeks manufaktur AS bulan Februari sebesar 53,7 lebih baik dari bulan sebelumnya sebesar 53,2 yang menunjukkan adanya ekspansi.
Sementara tingkat pengangguran di Eropa bulan Februari sebesar 11,9% atau lebih rendah dari proyeksi. Positifnya data ekonomi ini akan mendorong permintaan minyak.
Di luar faktor ekonomi, lanjut Ariston, harga minyak masih ditopang oleh faktor politik. Jika konflik Rusia, Ukraina dan Negara Barat kembali memanas maka harga minyak akan terdorong. Sebaliknya, harga minyak bisa turun apabila stok minyak meningkat. Tekanan harga juga bisa terjadi jika data ekonomi China kembali memburuk.
Ariston memprediksi, harga minyak hingga semester I-2014 akan bergerak di support US$ 95,90 per barel dan resistance US$ 104,90 per barel.
- Gas Alam
Harga gas alam cenderung bergerak sideways sepanjang kuartal I-2014. Sejak akhir tahun lalu hingga akhir bulan Maret 2014, harga gas alam hanya naik 3,83%.
Harga gas alam sempat menyentuh level tertinggi tahun ini di US$ 4,76 per million metric british thermal unit (mmbtu) pada 21 Februari. Sedangkan, Rabu (2/4) pukul 16.20 WIB, harga turun 0,74% dari hari sebelumnya menjadi US$ 4,244 per mmbtu.
Wahyu Tribowo Laksono, analis PT Central Capital Futures bilang, pergerakan harga gas alam sepanjang kuartal I-2014 cukup stabil. Bulan Februari 2014, gas alam sempat menguat tajam karena peningkatan permintaan energi penghangat termasuk gas alam di musim dingin.
Gas alam juga diuntungkan oleh kebijakan Presiden AS, Barack Obama yang meminta pabrik mengutamakan pemakaian gas alam. "Kebijakan Obama ini berhasil mengangkat harga," ujar Wahyu.
Sama seperti komoditas energi lain, harga gas alam juga mendapatkan keuntungan atas konflik yang terjadi di Crimea, Ukraina. Ke depan, harga gas alam masih berpeluang naik. Sebab, cadangan gas alam di AS terus berkurang dibanding tahun lalu. Sedangkan, permintaannya terus tumbuh.
Wahyu memproyeksikan, harga gas alam hingga akhir semester I-2014 akan bergerak di kisaran US$ 4 hingga US$ 6,48 per mmbtu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News