Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum sukses menekan pelemahan nilai tukar rupiah, Bank Indonesia (BI) kembali selenggarakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan pekan depan. Kali ini, Bank Sentral disinyalir kembali akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps).
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menilai secara umum, setiap kenaikan suku bunga acuan BI (BI-7DRR) akan berdampak negatif ke pasar saham. Namun, RDG tambahan di pekan depan, kemungkinan pasar akan meresponnya sebagai hal yang positif.
"Kalau jadi dinaikkan, itu kan untuk mengobati depresiasi rupiah, jadi memberikan sentimen positif. Kecuali, kalau sudah dinaikkan tapi tidak memberikan dampak bagi nilai tukar," kata Alfred kepada KONTAN, Minggu (27/5).
Potensi dinaikkannya BI-7DRR, dinilai Alfred seharusnya sudah mampu mengarahkan rupiah ke level penguatan Rp 13.800-13.900 per dolar As pekan depan. Apalagi, dengan total kenaikan BI-7DRR 50 bps bulan ini, membuat selisih suku bunga BI dan AS melebar.
Namun, untuk sepekan ke depan Koneksi Kapital menilai indeks masih memiliki peluang-peluang adanya koreksi. "Sehingga IHSG diperkirakan ada di level support 5.885 dan resistance 6.070 pekan depan," jelasnya.
Dengan kecenderungan saat ini, Alfred menyarankan investor untuk melakukan aksi profit taking jangka pendek. Ini mengingat, pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee akan dilakukan saat bursa Tanah Air tutup karena libur lebaran.
"Memang lebih aman untuk melihat perkembangan dulu. Ketika FFR dinaikkan, maka pengaruhnya tidak bisa disamakan dengan sebelumnya karena bunganya semakin tinggi, jadi kami bilang wait and see," ungkapnya.
Investor perlu menimbang kondisi nilai tukar rupiah jika FFR benar dinaikkan Juni nanti. Selain itu, dampak terhadap inflasi Tanah Air dan psikologis investor asing untuk tidak melakukan aksi jual, turut menjadi pertimbangan di bulan depan.
Meskipun begitu, beberapa saham masih memiliki prospek baik di tengah berbagai risiko tersebut. Di antaranya saham dari sektor konstruksi yakni WSKT, perbankan seperti BMRI dan dari komoditi seperti saham PTBA dan ADRO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News