Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kondisi pasar modal selama kuartal pertama 2009 bak langit dan bumi jika dibandingkan dengan setahun lalu. Tiga bulan pertama 2009, baru satu emiten, yaitu PT Sumber Alfaria Tbk (AMRT) yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai Initial Public Offering (IPO) Sumber Alfaria sebesar Rp 135,55 miliar.
Sedangkan pada kuartal satu 2008, BEI mencatat enam emiten baru masuk bursa. Total nilai emisinya mencapai Rp 1,82 triliun. Hitung punya hitung, nilai emisi saham turun 92,55%. "Minimnya transaksi sekarang mempengaruhi ekspektasi emiten mengenai daya serap pasar untuk membeli saham baru," jelas Kepala Riset BNI Securities Norico Gaman, kemarin (1/4).
Emiten pun menunda IPO karena kondisi ekonomi sulit. Sebab, dalam kondisi ini, perusahaan belum tentu bisa segera memakai dana IPO itu.
Transaksi perdagangan saham di BEI juga jauh dibanding setahun lalu. Dari data bulanan BEI, hingga 27 Maret 2009, total nilai transaksi BEI sudah mencapai Rp 89,58 triliun dengan nilai perdagangan harian rata-rata sekitar Rp 1,58 triliun per hari.
Sementara pada tiga bulan pertama 2008, total nilai perdagangan mencapai Rp 317,45 triliun, dengan rata-rata nilai transaksi harian mencapai sekitar Rp 5,55 triliun.
Jadi, transaksi harian turun 71,53%. "Sekarang investor lebih tertarik bertransaksi jangka pendek dengan jumlah tidak besar," ujar Norico. Ia meramal, perdagangan baru ramai di kuartal ketiga, dengan melihat perkembangan kuartal pertama dan kedua.
Analis Madani Sekuritas Ibnu Anjar memprediksi, transaksi baru ramai kalau dana asing kembali masuk. Ia menduga, ini dapat terjadi pasca pemilu. "Investor ingin melihat dulu kabinet dan kebijakan ekonomi baru," jelasnya.
Nah, jika transaksi saham sudah meningkat, barulah IPO akan marak. "Jika mau mencuri start, perusahan bisa IPO di kuartal tiga," ujar Ibnu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News