Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar sedang tidak pasti lantaran ekspektasi suku bunga tinggi bertahan lama atau higher for longer kembali membayangi pasar keuangan global. Dalam kondisi kebijakan moneter ketat seperti ini, investor perlu menimbang kembali alokasi portofolio investasi.
Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kuat mengurangi kemungkinan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Risalah rapat Federal Reserve terbaru juga menunjukkan beberapa pejabat bersedia memperketat kebijakan lebih lanjut jika inflasi kembali melonjak. Ditambah, perang masih terus berlangsung di Timur Tengah dan konflik dapat sewaktu-waktu terjadi lebih besar lagi.
Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment Guntur Putra mengatakan, pada kondisi yang tidak pasti, reksadana pasar uang masih menarik untuk dikoleksi investor. Bahkan menurut data Pinnacle, reksadana pasar uang mencatat kinerja yang baik sepanjang bulan Mei 2024.
"Sepanjang bulan Mei reksadana pasar uang masih mencatatkan kinerja positif dan cukup konsisten dengan tingkat risiko yang relatif rendah dibandingkan dengan pasar saham Indonesia," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (3/6).
Baca Juga: Simak Tips Menyusun Alokasi Portofolio Investasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Menurut Guntur, daripada pegang tunai, investor dapat mempertimbangkan untuk alokasi di reksadana pasar uang karena memberikan imbalan yang cukup baik dan tingkat likuiditas yang tinggi. Investor dapat memanfaatkan fleksibilitas investasi saat harga aset turun atau kondisi pasar lebih stabil.
Guntur menyebut, diversifikasi portofolio yang cermat perlu dilakukan dalam era suku bunga tinggi. Menurut dia, investor perlu mempertimbangkan untuk mengalokasikan aset mereka ke instrumen-instrumen investasi yang memiliki tingkat risiko yang sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko mereka masing-masing.
Berikut gambaran alokasi aset investasi menurut Guntur
Investor dengan profil risiko agresif:
- Saham blue chip 50%
- Obligasi 30%
- Reksadana pasar uang 20%.
Investor dengan profil risiko moderat:
- Saham blue chip 30%
- Obligasi 40%
- Reksadana pasar uang 20%
- Emas atau aset alternatif 10%.
Investor dengan profil risiko konservatif:
- Saham blue chip 20%
- Obligasi 50%
- Reksadana pasar uang 30%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News