kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Komoditas energi melemah


Selasa, 13 Maret 2012 / 06:16 WIB
Komoditas energi melemah
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di kantor cabang Bank BNI, Jakarta,


Reporter: M Khairul, Harry Febrian | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Perlambatan ekonomi China membuat harga batubara dan harga minyak mentah terus melandai. Jumat (9/3), harga batubara Newcastle di bursa ICE ditutup di US$ 108,25 per ton. Angka ini adalah harga terendah sejak Oktober 2010. Sedangkan harga minyak di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman April turun 0,68% jadi US$ 106,66 per barrel.

Kepala Divisi Pengembangan Bisnis dan Produk Monex Investindo Futures Apelles R.T. Kawengian mengatakan, penurunan harga ini karena beberapa sentimen.
Salah satunya, perlambatan ekonomi China sebagai konsumen besar batubara. Belum lagi ada koreksi nilai tukar dolar Australia sebagai produsen terbesar batubara. "Berakhirnya musim dingin membuat permintaan berkurang," imbuh Apelles.

Kiswoyo Adi Joe, analis Askap Futures, menjelaskan, penurunan harga batubara terjadi karena mengikuti penurunan harga minyak. "Pemangkasan pertumbuhan ekonomi China membuat orang panik," ujar dia.

Kiswoyo bilang, ketika permintaan batubara di China berkurang seharusnya permintaan di India naik. "Ini ketakutan sementara," ujarnya. Ia menambahkan, permintaan batubara sendiri terlihat masih belum berkurang. Kiswoyo memproyeksikan, harga batubara akhir bulan ini berkisar US$100–US$120 per ton. Apelles juga yakin, harga batubara masih akan naik hingga akhir bulan ini berada ke level US$ 105–US$110 per ton.

Minyak turun

Harga minyak juga melemah setelah sempat menyentuh harga tertinggi dalam seminggu ini. Tidak jauh dengan harga batubara, harga minyak juga tertekan karena rilis data ekspor China.

Sementara itu, pertama kalinya dalam lima minggu ini, hedge fund menurunkan taruhan bullish pada minyak, begitu disebut oleh U.S. Commodity Futures Trading Commission. Ini adalah badan independen Amerika Serikat yang bertugas mengawasi pelaksanaan berbagai peraturan perdagangan efek berjangka dan mengatur perdagangan di bursa berjangka di AS.

Analis Soegee Futures Nanang Wahyudin melihat, faktor China memang cukup penting dalam pergerakan harga minyak. "Itu sebagai salah satu acuan dan tolok ukur pertumbuhan global," ujar dia. Nanang melihat, dalam sepekan ini, batas bawah harga minyak akan berada di US$102,34-US$ 104,69. Namun jika naik melewati US$ 108,18, maka harga minyak bisa bergerak ke US$ 110,53.

Ariston Tjendra, Head of Research and Analysis Monex Investindo Futures, menduga, harga minyak bertahan di kisaran US$ 100 per barrel. "Sepekan ini saya perkirakan harga masih akan bergerak di kisaran US$ 104-US$ 108 per barrel," prediksi dia.

Harga masih bergerak di sekitar level resistance di US$ 106,50 per barrel. "Jika bisa tembus, akan membuka pandangan bullish menuju US$ 112 per barel," kata Ariston. Namun, jika jatuh ke US$ 105,60, bisa tembus ke US$ 104 per barrel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×