Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Penurunan kinerja PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) di semester I 2013 berimbas ke prospek saham ini. Sejumlah analis mengubah rekomendasi saham BDMN sekaligus menurunkan target harganya.
Teguh Hartanto, analis Bahana Securities, misalnya, mengubah rekomendasi saham BDMN dari hold menjadi reduce alias menjual secara bertahap. Berdasarkan hasil risetnya yang dirilis Jumat (19/7), Teguh menurunkan target harga saham BDMN dari semula Rp 5.800 per saham menjadi Rp 4.500 per saham.
Pada Jumat akhir pekan lalu (19/7), harga saham BDMN turun 1,75% ke posisi Rp 5.600 per saham.
Dalam risetnya, Teguh menuliskan, kinerja BDMN turun disebabkan dua faktor, yaitu penurunan selisih bunga bersih alias net interest margin (NIM) dan melemahnya pertumbuhan kredit. NIM Bank Danamon di kuartal II 2013 tercatat sebesar 9,7%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang masih sebesar 10,4%.
Sementara, untuk urusan penyaluran kredit, di semester I-2013, sebetulnya, bank milik Temasek ini masih mencatatkan pertumbuhan, namun tidak setinggi pertumbuhan kredit perbankan nasional.
Hingga semester I-2013, penyaluran kredit BDMN tercatat naik 11,56% menjadi Rp 123,07 triliun dari periode sama tahun lalu Rp 110,32 triliun. Sebagai perbandingan, sampai bulan Mei 2013 saja, rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan, tercatat sudah sebesar 20,6%.
Nah, kredit yang seret dan NIM yang menciut itu menyebabkan laba bersih BDMN di semester pertama 2013 turun 0,91% menjadi Rp 1,98 triliun dari periode yang sama tahun 2012 yang Rp 2 triliun.
Teguh meyakini tekanan terhadap NIM Bank Danamon masih akan berlanjut di paruh kedua tahun ini.
Pemangkasan target harga saham BDMN juga dilakukan oleh Robby Hafil, analis Trimegah Securities. Semula, Robby memasang target harga sebesar Rp 6.850 per saham untuk BDMN. Kini, ia memberi target harga saham BDMN sebesar Rp 4.700 per saham.
Target harga yang baru itu mencerminkan rasio harga per saham berbanding nilai buku per saham atau price to book value (PBV) BDMN sebesar 1,3 kali serta rasio harga berbanding laba bersih per saham alias price to earning ratio (PER) sebesar 9,7 kali. Robby merekomendasikan jual saham BDMN.
Dalam penjelasannya, pekan lalu, mananejemen BDMN bilang, kredit melemah lantaran segmen kredit otomotif yang memegang porsi hingga 37% total kredit, disemester I 2013, hanya tumbuh 3%. Sektor ini terpukul akibat kebijakan uang muka loan to value (LTV) kredit otomotif.
Tahun ini, BDMN menurunkan target pertumbuhan kreditnya dari sebelumnya 18% menjadi 17%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News