Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) selama kuartal IV tahun 2021 membukukan pertumbuhan kinerja yang solid. Laba bersih setelah pajak dan kepentingan non pengendali alias profit after tax & minority interest (PATMI) sebesar 16% secara kuartalan menjadi Rp 3,1 triliun. Return on equity (RoE) mencapai 11% tertinggi dalam tujuh kuartal terakhir dan mengalahkan konsensus 40% analis.
Pada kuartal IV tahun 2021, net interest income (NII) BBNI naik 2% secara kuartalan tapi menurun 9% yoy. Sepanjang tahun 2021, BBNI membukukan NII sebesar Rp 38,24 triliun dengan laba bersih Rp 10,89 triliun.
Analis CGS CIMB Sekuritas Yulianda Hartanto dalam riset 26 Januari 2022 menyebut, realiasi kinerja di kuartal IV tahun 2021 BBNI di bawah perkiraan. Tapi secara keseluruhan pendapatan BBNI sejalan dengan hitungan CGS CIMB Sekuritas. Pendapatan BBNI tertopang dari pendapatan nonbunga yang lebih baik dari yang diharapkan. "Net interest margin (NIM) BBNI berada di jalur perkiraan kami yakni 4,7%. Atau masuk dari target di kisaran 4,7%-4,9%," ujar dia.
Baca Juga: Catatkan Kinerja Solid di Tahun 2021, Intip Rekomendasi Saham BBNI
Sepanjang tahun lalu, BBNI mencatatkan pendapatan bunga Rp 50,03 triliun, turun 10,9% seara tahunan. Dimana pendapatan di luar bunga sebesar Rp 15,04 triliun, naik 12,8% secara yoy.
Belanja operasional pada periode Oktober - Desember tahun 2021 naik 9% secara kuartalan. Akibatnya, pendapatan operasional sebelum pencadangan atau pre-provisioning operating profit (PPOP) kuartal IV naik 2% secara qoq tetapi turun 4% yoy. Beban provisi 4Q21 meningkat 12% qoq tetapi turun 48% yoy.
Pada tahun lalu, pajak BBNI turun menjadi 13% karena bank mengakui pendapatan pajak tangguhan sebesar Rp 750 miliar di kuartal IV-2021. Ini insentif pajak berulang dari kantor di luar negeri sebesar Rp 170 miliar.
Sepanjang tahun lalu, Yulianda mengatakan, pertumbuhan penyaluran kredit BBNI lebih lemah dari bank-bank besar lainnya. Dimana total kredit yang disalurkan selama 2021 naik 5% menjadi Rp 582 triliun.
LDR turun menjadi 79,9% seiring dengan pertumbuhan deposito menjadi 9% qoq dan 7% yoy. Yulianda bilang, penyaluran kredit BNI lebih lemah dari bank-bank besar lainnya karena manajemen BNI fokus pada segmen yang risiko lebih rendah. Kredit pada segmen korporasi swasta masih tumbuh 8% yoy, pinjaman komersial besar naik 10% yoy, program keuangan mikro yang dijamin pemerintah (KUR) melonjak 35% yoy dan pinjaman gaji naik 18% yoy di tahun 2021.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BBNI yang Punya Kinerja Moncer di Tahun 2021
Namun, kredit BUMN korporasi turun 2% yoy, dan pinjaman komersial turun 7% yoy. Yield pinjaman tampaknya telah stabil, terutama pinjaman korporasi sebesar 7,1% di kuartal IV tahun 2021 dibandingkan 6,9% di kuartal III tahun 2021. Kualitas aset membaik. "Kami pikir kualitas aset yang paling menantang terlihat di segmen menengah," ujar Yulianda.
NPL meningkat 0,7% pt qoq menjadi 8,9% dan penghapusan pada tahun 2021 masih meningkat sebesar 9% yoy menjadi Rp 2,2 triliun di segmen menengah. Dimana total write-off turun 3% yoy.
Yulianda memberi rekomendasi Add saham BBNI dengan target harga di Rp 8.710. CGS CIMB memproyeksikan, RoE BBNI sebesar 12% di tahun 2022.
Menurut Yulianda, BNI juga telah mengkonfirmasi
akan mengakuisisi Bank Mayora. "Kami memperkirakan rights issue yang akan datang akan mengantongi dana Rp 8 triliun - Rp 11 triliundimana porsi pemerintah sebesar Rp 3,5 triliun," ujar dia.
Seharusnya ini hanya memengaruhi RoE hingga 0,5% pt in tahun 2022. "Oleh karena itu, kami tidak melihat adanya kelebihan yang besar bagi BNI tetapi penilaian risiko menarik sebagai gantinya," ujar di. Risiko kerugian BBNI ada pada biaya kredit yang lebih tinggi dari yang diharapkan dan kondisi makro ekonomi yang tidak menguntungkan.
Baca Juga: Sepanjang Tahun 2021, Penyaluran Kredit Berkelanjutan BNI Naik 23.67%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News