Reporter: Benedicta Prima | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peluang sektor properti untuk pulih di tahun ini terbuka lebar. Tetapi, hal tersebut juga bergantung pada perkembangan kasus Covid-19 termasuk dampak vaksinasi yang dilakukan pemerintah.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony melihat, kebijakan dari pemerintah masih simpang siur sehingga tarik ulur antara perbaikan ekonomi dengan penyebaran Covid-19 masih cenderung abu-abu.
Dus, yang bisa menjadi penyokong perbaikan pada sektor properti tentu jika Covid-19 dapat teratasi.
Namun dengan kebijakan PSBB yang cenderung hanya untuk larangan berkumpul, kinerja emiten properti pada 2021 diprediksi bisa meningkat dibandingkan tahun lalu.
"Tetapi tetap saja kebijakan tersebut tentu berdampak pada emiten-emiten properti. Peningkatan di tahun ini diprediksi sekitar 30% dari tahun lalu dari sisi pendapatan," jelas Chris, Senin (1/2).
Baca Juga: Emiten properti naikkan target marketing sales 2021
Senada, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Maximilianus Nico Demus menekankan pemulihan sektor properti akan terjadi apabila pengendalian Covid-19 berhasil dilakukan. Sehingga konsumen cukup percaya diri untuk membelanjakan dananya.
"Harapannya juga dengan rendahnya inflasi saat ini Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga karena harus ada stimulus melalui kebijakan moneter yang bisa hingga turunnya kredit dan mendorong konsumsi," jelas dia.
Apabila vaksinasi berhasil dan angka penyebaran dapat dikendalikan, serta tren suku bunga rendah masih berlanjut Nico memprediksi tahun ini sektor properti bisa mengalami kenaikan kinerja hingga 25%.
Kendati memiliki peluang perbaikan kinerja, Nico menyarankan investor untuk wait and see terlebih dahulu apabila ingin masuk ke sektor properti. Namun tidak ada salahnya mengamati emiten yang masih punya fundamental baik seperti BSDE dan CTRA.
Sedangkan Chris justru melihat sub sektor properti konstruksi yang menarik karena terbantu efek SWF seperti WSKT dan PTPP. Keduanya direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 1.800 dan Rp 2.000.
Selanjutnya: Analis: Kenaikan permintaan nikel bakal poles kinerja Aneka Tambang (ANTM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News