Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Reksadana saham mencatat kinerja positif di periode akhir tahun ini. Sejalan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menunjukkan tren penguatan ditengarai menjadi katalis pendorong kinerja reksadana saham.
Berdasarkan data Infovesta, reksadana saham mencetak return 7,14% per Oktober 2025 secara year-to-date (YtD). Secara bulanan (MoM), reksadana saham juga naik 2,18%. Jika dilihat, kinerja reksadana saham mengungguli reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang.
Arjun Ajwani, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, mengatakan reksadana saham sudah sewajarnya mengalami kenaikan ketika pasar saham naik, sehingga menyebabkan nilai aset di dalamnya senantiasa ikut meningkat.
Kata Arjun, kenaikan kinerja reksadana saham ini salah satunya disokong oleh indeks blue chip seperti Kompas 100, LQ45, IDX30, dan IDX80 yang juga turut serta mengalami peningkatan di bulan Oktober 2025 kemarin.
Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Melonjak, Pendapatan Tetap Paling Jadi Incaran
“Jika pasar saham mengalami rally itu secara logika seharusnya mendorong kenaikan kinerja reksadana saham,” ujar Arjun kepada Kontan, Kamis (21/11/2025).
Senada, Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, juga menyampaikan sentimen penyebab return reksadana saham yang bangkit ini ditengarai berasal dari indeks LQ45 dan IDX30 yang rebound setelah sempat turun lama.
Namun, potensi penurunan suku bunga acuan yang masih terus berlanjut dan ketahanan rupiah terhadap mata uang negara lain juga patut dicermati oleh para investor reksadana saham ke depannya.
“Prospek reksadana sangat tergantung, apakah kinerja emiten pada 2026 akan pulih. Sentimennya potensi penurunan suku bunga masih akan berlanjut dan bagaimana ketahanan kurs terhadap mata uang lain,” ujar Rudiyanto.
Mengenai hal ini, Arjun menyebut bagaimana pemerintah mengatur pengeluaran pada kuartal IV-2025 untuk realisasi APBN serta pemberian berbagai paket stimulus ekonomi ke masyarakat juga turut menjadi sentimen pergerakan return reksadana ke depannya.
Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Makin Dominan, Begini Prospeknya
Sentimen tersebut bisa menjadi katalis positif. Tetapi di sisi lain, pergerakan rupiah hingga saat ini juga masih terdepresiasi cukup signifikan.
Adapun begitu, di sisi eksternal ada risiko dari keputusan suku bunga The Fed dan rilis data penting baru AS yang berpotensi mengubah sentimen global dan mempengaruhi aliran dana asing.
Namun demikian, Arjun memproyeksi return reksadana saham hingga akhir 2025 bisa menyentuh 17%.
Sementara hingga akhir tahun 2026, Arjun memproyeksi return reksadana saham pada kisaran 13%–15% untuk skenario optimis, 4%–6% untuk skenario netral, dan -13% hingga -11% untuk skenario negatif.
Selanjutnya: Singapura Kenakan Sanksi pada 4 Warga Israel atas Kekerasan Ekstremis di Tepi Barat
Menarik Dibaca: 6 Dampak Konsumsi Makanan Ultra Proses Terlalu Sering bagi Tubuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













