kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kinerja reksadana pendapatan tetap masih bisa tumbuh meski suku bunga belum turun


Minggu, 18 Oktober 2020 / 22:21 WIB
Kinerja reksadana pendapatan tetap masih bisa tumbuh meski suku bunga belum turun
ILUSTRASI. Ilustrasi Reksadana pendapatan tetap. KONTAN/Muradi/2015/03/09


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja reksadana pendapatan tetap masih moncer tersokong banjirnya likuiditas di pasar obligasi, meski Bank Indonesia (BI) belum kembali menurunkan suku bunga acuannya sejak empat bulan terakhir.

Kinerja reksadana bisa semakin tumbuh bila suku bunga menurun. Hingga kuartal III-2020 rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap yang memiliki aset obligasi ini sudah berkinerja unggul dari rata-rata kinerja reksadana jenis lain dengan tumbuh 5,23%.

Salah satu faktor yang mendukung kinerja reksadana pendapatan tetap unggul adalah suku bunga acuan BI yang di sepanjang tahun ini sudah turun sebanyak empat kali.

Baca Juga: Omnibus law UU Cipta Kerja juga berdampak positif pada industri reksadana saham

Meski sejak 4 bulan terakhir BI belum menurunkan suku bunga kembali, Direktur IndoSterling AM Fitzgerald Stevan Purba masih optimistis kinerja reksadana pendapatan tetap masih bisa tumbuh karena tersokong tren likuiditas global yang sedang melimpah. Indikatornya bisa terlihat dari velocity of money atawa kecepatan perputaran uang yang semakin menurun.

Likuiditas yang melimpah tersebut membuat tren yeild obligasi negara secara global juga menurun. Alhasil harga obligasi cenderung naik dan kinerja reksadana pendapatan tetap juga tumbuh.

"Obligasi Indonesia sendiri memiliki yield yang masih cukup menarik, riil yield kita relatif tinggi dibandingkan negara lain," kata Stevan, Minggu (18/10).

Selain itu, turunnya rasio loan to deposit (LDR) perbankan akibat lesunya kredit di tengah dana pihak ketiga masih tetap tumbuh, juga membuat obligasi negara semakin diminati oleh perbankan.

Stevan melihat deflasi yang terus terjadi dan pelemahan pertumbuhan ekonomi yang masih terus menghantui, akan mendorong BI untuk pangkas suku bunga sekitar 50 basis poin.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×