kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kinerja Reksadana Lesu Sepanjang Januari, Ini Penyebabnya


Kamis, 03 Februari 2022 / 16:21 WIB
Kinerja Reksadana Lesu Sepanjang Januari, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Reksadana.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana sepanjang Januari tercatat kurang memuaskan. Merujuk data dari Infovesta Utama, reksadana pasar uang menjadi yang paling apik kinerjanya dalam sebulan kemarin. Hal ini tercermin dari kinerja Infovesta 90 Money Market Fund Index yang tumbuh 0,24%.

Sementara reksadana pendapatan tetap yang kinerjanya terukur dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index hanya tumbuh 0,01%. Bahkan, kinerja reksadana berbasis saham, justru melambat.

Kinerja reksadana campuran yang tercermin dari Infovesta 90 Balanced Fund Index mengalami koreksi 0,56%. Sementara reksadana saham yang kinerjanya diukur menggunakan Infovesta 90 Equity Fund Index justru terkoreksi 1,52%.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengaku cukup terkejut dengan kinerja reksadana berbasis saham yang justru negatif. Pasalnya, kinerja saham di bulan Januari justru moncer. Indeks saham seperti IHSG, LQ45, dan IDX30 masing-masing berhasil tumbuh 0,76%, 0,88%, dan 0,12%.

“Ini mengindikasikan banyak Manajer Investasi yang susunan portofolio sahamnya tidak mengikuti indeks,” kata Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (2/2).

Baca Juga: Kinerja Instrumen Investasi di Awal 2022 Belum Melaju Kencang

Wawan menjelaskan, pada Januari 2022, saham sektor energi dan keuangan berkinerja apik. Sementara sektor teknologi, infrastruktur, dan consumer goods justru lesu. 
Menurutnya, beberapa produk reksadana saham saat ini cenderung punya eksposur yang lebih banyak ke tiga sektor berkinerja lesu tadi. Alhasil, kinerja reksadana saham di Januari juga melambat.

Sementara terkait kinerja reksadana pendapatan tetap yang flat, Wawan menyebut hal tersebut dapat dimaklumi. Hal ini seiring dengan adanya sentimen tapering dan kenaikan suku bunga acuan di pasar obligasi yang membuat harga obligasi bergerak flat. 

Memasuki Februari, ia melihat keadaan pasar justru lebih menantang baik untuk pasar saham maupun obligasi. Dengan adanya penyebaran varian Omicron dan gelombang ketiga, ada potensi pembatasan aktivitas sosial kembali diberlakukan. 

Hal tersebut dinilai akan menghambat proses pemulihan ekonomi yang sejatinya sudah mulai menggeliat di bulan Januari. Salah satu indikasinya adalah inflasi yang akhirnya berhasil menembus angka 2% dan beberapa data makro lainnya yang solid. Ia melihat, seharusnya hal tersebut bisa jadi katalis positif dan bekal yang bagus untuk Februari.

Baca Juga: Evaluasi Mayor, Saham-Saham Ini Jadi Penghuni Baru Indeks High Dividend 20

“Bulan Januari kemarin seharusnya juga bisa jadi pembelajaran bagi MI bahwa tahun ini adalah tahunnya saham bluechip seiring kinerja LQ45 dan IDX30 yang positif. Jadi mungkin agar kinerjanya bisa optimal, portofolio bisa disesuaikan kembali, tapi sayangnya Februari ini berpotensi menantang,” imbuhnya.

Untuk reksadana pendapatan tetap, Wawan juga melihat bulan Februari sepertinya belum akan bersahabat mengingat sentimen soal tapering dan kenaikan suku bunga masih akan membayangi. Oleh karena itu, ia meyakini reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi akan memiliki kinerja yang lebih baik ketimbang yang berbasis obligasi negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×