Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kinerja reksadana dollar Amerika Serikat (AS) masih lumayan. Risiko nilai tukar mata uang (risk currency) karena mayoritas aset dasar investasi Indonesia pada efek berdenominasi rupiah, tidak sampai menggerus kinerja reksadana jenis ini.
Mengutip data PT Infovesta Utama, saat ini terdapat 49 reksadana dollar AS aktif, yang terdiri dari jenis saham, pendapatan tetap, campuran, pasar uang, terproteksi dan penyertaan terbatas. Dari jumlah itu, hanya dua produk yang meraih imbal hasil bulanan negatif.
Analis PT Infovesta Utama, Viliawati mengatakan, penguatan dollar AS bisa menjadi salah satu risiko reksadana dollar AS yang mempunyai aset dasar mayoritas berdenominasi rupiah. "Terutama bagi reksadana saham, seharusnya terkoreksi mengingat aset dasar reksadana ini berupa efek saham berdenominasi rupiah," ujar Viliawati.
Kendati demikian, koreksi pada reksadana dollar AS tidak terlihat selama sebulan terakhir ini. Menurut Viliawati nilai aset dasar reksadana yang berdenominasi rupiah memang sedang tumbuh signifikan.
Kinerja bulanan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 5 November 2014 tumbuh 2,37%. Indeks obligasi pemerintah versi Infovesta juga tumbuh 2,49%. Dalam kurun waktu sama, kurs tengah rupiah Bank Indonesia juga menguat, dari Rp 12.144 (3 Oktober 2014) menjadi Rp 12.092 (5 November 2014).
Mengurangi risiko
Presiden Direktur PT BNP Paribas Investment Partners Vivian Secakusuma menyadari betul risiko nilai tukar. Untuk meredam risiko itu, kunci utamanya adalah pemilihan aset dasar yang tepat. BNP Paribas Investment Partners sendiri memiliki reksadana saham berdenominasi dollar AS bertajuk BNP Paribas Astro.
Mata uang merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kinerja BNP Paribas Astro. "Kami mencoba mengimbangi risiko ini dengan proses pemilihan saham yang fokus pada faktor fundamental," ungkap Vivian.
BNP Paribas Astro hanya mengoleksi saham-saham dengan kondisi keuangan yang relatif sehat. Ia yakin, nilai aset dasar saham jenis ini akan meminimalisir risiko nilai tukar mata uang.
Dengan strategi ini, BNP Paribas Astro mampu menempati urutan pertama reksadana dollar AS dengan imbal hasil tertinggi bulanan. Bahkan kinerjanya ini juga mengalahkan kinerja IHSG dalam kurun waktu sama.
Panin Dana USD milik Panin Asset Management juga berjaya. Reksadana campuran ini memang menempatkan mayoritas dana kelolaan di efek obligasi berdenominasi dollar AS untuk menghindari risiko nilai tukar. Produk ini menaruh di obligasi INDON hingga 71,85% dari total dana kelolaan.
Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengatakan, kinerja positif Panin Dana US Dollar terbantu oleh kinerja obligasi pemerintah yang terus naik. Agar tetap mendapat peluang dari efek lain, Panin Dana USD menempatkan di efek saham sekitar 11% dan efek pasar uang berdenominasi rupiah sebesar 17,2%. "Return tahunan Panin Dana USD yang saat ini 15,09% sebenarnya sudah melampaui target kami yang hanya sebesar 10%," ujar Ridwan.
Saran Viliawati, investor reksadana dollar AS sebaiknya wait and see dan tetap memegang reksadana yang mereka miliki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News