Reporter: Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Keterpurukan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) membuat kinerja reksadana berdenominasi dollar AS melempem. Mengutip data PT Infovesta Utama per 28 November 2013, dari 17 produk reksadana dollar yang beredar, hanya satu produk yang mencatatkan kinerja positif secara year to date (ytd).
Produk tersebut adalah reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS milik PT Sinarmas Asset Management bertajuk Danamas Dollar. Per 28 November 2013, reksadana ini menorehkan return sebesar 4,70% year to date.
Viliawati, analis PT Infovesta Utama menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah menjadi pemberat kinerja reksadana berdenominasi dollar AS, terutama pada reksadana dollar saham dan campuran yang dinilai sebagai instrumen lebih berisiko. Reksadana itu memungkinkan aset dasar saham berdenominasi rupiah. Sementara, nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) reksadana dollar dinilai dalam dollar AS. “Akibatnya, NAB/UP reksadana dollar berpotensi menyusut karena terkena dampak konversi nilai aset portofolio ke dalam dollar AS,” papar Vilia.
Danamas Dollar berdasarkan fund fact sheet per Oktober 2013, menempatkan aset dasar lebih dominan pada obligasi korporasi sebesar 44,01%. Selain itu, ke obligasi pemerintah sebesar 40,22%. Sisanya berupa time deposit dan giro.
Pada jenis reksadana campuran, PT Panin Asset Management juga memiliki reksadana berdenominasi dollar AS berlabel Panin Dana US Dollar. Per 28 November 2013, kinerja reksadana ini tercatat minus 17,56% ytd.
Direktur PT Panin Asset Management, Ridwan Soetedja mengatakan, penurunan kinerja Panin Dana US Dollar akibat penurunan harga obligasi pemerintah berdenominasi rupiah maupun berdenominasi dollar AS. Hal ini akibat kondisi makro ekonomi Indonesia yang buruk, seperti defisit neraca berjalan dan menurunnya cadangan devisa. “IHSG yang tergerus juga menyebabkan alokasi aset di saham ikut turun,” jelas Ridwan, Jumat (29/11).
Ridwan merinci, 70% sampai 80% aset dasar Panin Dana US Dollar diparkir pada obligasi pemerintah berdenominasi dollar AS tenor menengah. Sementara, 10% dibenamkan pada saham dan sisanya dialokasikan di pasar uang.
Reksadana dollar lainnya yaitu reksadana saham milik PT Manulife Aset Manajemen Indonesia juga membukukan kinerja negatif. Per 28 November 2013, Manulife Greater Indonesia Fund menorehkan kinerja minus 16,02% ytd.
Mengutip fund fact sheet Manulife per Oktober 2013, reksadana ini menempatkan aset pada saham dalam negeri sebesar 84,29% dan saham di luar negeri sebesar 6,41%. Selebihnya diinvestasikan pada pasar uang.
Viliawati merekomendasikan investor agar masuk instrumen reksadana dollar ketika kondisi pasar modal berkinerja baik. "Dan kurs rupiah sedang stabil atau dalam tren menguat," ujar Vilia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News