Reporter: Dina Farisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Dana kelolaan reksadana pendapatan tetap per akhir Maret 2013 turun 1,35% dibanding bulan sebelumnya. Posisi dana kelolaan reksadana pendapatan tetap, per kuartal I 2013 lalu tercatat Rp 33,55 triliun.
Berdasarkan data PT Infovesta Utama, sejak awal Januari, pertumbuhan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap belum signifikan. Kinerja reksadana ini juga belum memuaskan. Per 10 April, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap turun 0,49% dalam sebulan.
Reksadana pendapatan tetap hanya mencetak kinerja rata-rata 0,56% sejak akhir 2012. Angka ini jauh lebih kecil dibanding kinerja rata-rata reksadana saham 12,95% dan reksadana campuran 8,35% dalam periode yang sama.
Meski lebih tipis ketimbang produk lain, kinerja reksadana ini masih lebih oke daripada kinerja indeks obligasi negara. Infovesta Government Bond Index, tercatat minus 0,29% sejak akhir tahun hingga 10 April.
Direktur Danareksa Investment Management, Prihatmo Hari Mulyanto menjelaskan, penurunan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap bukan karena berkurangnya unit penyertaan akibat redemption. Penurunan dana kelolan disebabkan oleh penurunan nilai aktiva bersih (NAB). Sejak awal tahun, harga obligasi pemerintah terus turun. Hal ini mengakibatkan turunnya pertumbuhan NAB reksadana pendapatan tetap.
Menurut dia, penurunan harga obligasi merupakan imbas inflasi yang di luar ekspektasi. "Ketika inflasi melonjak, investor khawatir akan terjadi kenaikan BI rate. Jika BI rate naik, maka harga obligasi akan turun," ujar dia.
Meski ada kekhawatiran, investor tak serta merta beralih dari reksadana pendapatan tetap ke reksadana saham. Fluktuasi harga obligasi masih dalam batas kewajaran.
Saat ini, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap Danareksa mencapai Rp 800 miliar. Danareksa berharap, posisi dana kelolaan itu bisa tumbuh 30%-40% hingga akhir tahun. Prihatmo menargetkan, kinerja reksadana pendapatan tetap bisa mencapai 7%-8% sepanjang tahun ini.
Fadlul Imansyah, Head of Investment CIMB Principal Asset Management menuturkan, tekanan reksadana pendapatan tetap terjadi akibat inflasi naik. Akibatnya, harga obligasi menurun. Tapi, BI rate yang stabil di 5,75% membuat koreksi hanya sementara. Meski kinerja bulanan negatif, ia tetap yakin, reksadana ini bisa memberi imbal hasil 7%-9% hingga akhir tahun.
Analis PT Infovesta Utama, Vilia Wati memprediksi, penurunan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap disebabkan beberapa faktor. Pertama, peralihan dari reksadana pendapatan tetap ke reksadana saham. Peralihan ini terjadi lantaran imbal hasil yang ditawarkan reksadana saham lebih tinggi ketimbang reksadana pendapatan tetap. Kedua, kemungkinan target investor telah tercapai, sehingga investor melakukan redemption.
Vilia bilang, obligasi pemerintah masih akan tertekan dalam jangka pendek. Ia memperkirakan, kinerja rata-rata obligasi pemerintah bisa mencapai 6%-7% dan kinerja reksadana pendapatan tetap mencapai 5%-7% hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News