kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kinerja obligasi syariah merekah


Rabu, 29 Maret 2017 / 11:01 WIB
Kinerja obligasi syariah merekah


Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Obligasi syariah tahun ini membawa berkah. Ini tercermin dari Indonesia Sukuk Composite Total Return (ISIXC) yang disusun oleh Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA). Indeks yang menggambarkan return rata-rata obligasi syariah ini secara year to date (ytd) hingga 27 Maret 2017 naik 4,34%.

I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Securities, berpendapat, faktor pendongkrak kenaikan tersebut adalah tingginya minat investor masuk ke pasar surat utang, termasuk surat utang syariah, demi mendapatkan imbal hasil yang pasti.

Made menyebut, tantangan terbesar pasar obligasi berasal dari sentimen global, seperti rencana kenaikan Fed funds rate (FFR) dua kali lagi hingga akhir tahun. Hanya saja, dampaknya ke pasar obligasi syariah tidak akan terlalu signifikan ketimbang pasar obligasi konvensional.

Obligasi konvensional banyak diburu oleh investor asing, sehingga tingkat volatilitasnya tinggi. Berbeda dengan obligasi syariah, investor asing di obligasi ini masih mini, sehingga volatilitasnya pun relatif rendah. "Sebetulnya situasi seperti ini memberi keuntungan bagi investor yang memiliki instrumen syariah dibanding obligasi konvensional," jelas Made.

Tantangan lain yang dihadapi pasar obligasi syariah ialah jumlah dan jenis instrumen yang masih terbatas. Penerbitan obligasi syariah masih minim, sehingga pilihan investor jadi terbatas. "Sebetulnya pelaku pasar mengharapkan instrumen yang beragam agar perdagangan bisa lebih likuid dan dapat menarik lebih banyak investor," papar Made.

Lili Indarli, Analis IBPA, mengungkapkan, pergerakan harga sukuk negara biasanya mengikuti pergerakan harga obligasi pemerintah konvensional. Sehingga membaiknya kinerja obligasi konvensional juga akan mengerek kinerja sukuk negara. Meski begitu, penyesuaian tersebut terkadang sedikit lebih lambat.

Faktor pendongkrak kinerja surat utang syariah lainnya, menurut Lili, adalah berakhirnya ketidakpastian terkait kenaikan suku bunga The Fed yang pertama di tahun 2017. Sedangkan dari dalam negeri, indikator makroekonomi cukup positif.

Ke depan, Lili melihat tantangan terbesar pasar obligasi domestik masih lebih banyak datang dari faktor global. "Selain rencana kenaikan FFR dua kali lagi, rencana tapering off European Central Bank dan Bank of Japan diperkirakan juga akan mempengaruhi pasar obligasi, karena hal tersebut akan mengurangi likuiditas," katanya.

Selain itu, masih ada kecemasan terkait keluarnya Inggris dari Uni Eropa, alias Brexit. "Namun jika pemerintah berhasil menjaga perekonomian dalam negeri tetap stabil, maka tekanan yang membayangi kinerja pasar sukuk negara diperkirakan tidak akan terlalu besar," ujar Lili.

Ia menilai obligasi syariah tahun ini diperkirakan masih akan menarik. Apalagi minat investor terhadap instrumen investasi berbasis syariah meningkat. "Masih sepinya instrumen syariah di pasar sekunder lebih disebabkan oleh karakteristik dari sukuk itu, di mana investor lebih suka hold to maturity," ujar Lili.

Lebih ramai

Made memperkirakan, pasokan obligasi syariah tahun ini mencapai Rp 5 triliun hingga Rp 7 triliun. Perseroan yang berencana menerbitkan obligasi syariah di antaranya adalah PT XL Axiata Tbk senilai Rp 3,5 triliun. PT Indosat Tbk juga berancang-ancang menerbitkan obligasi syariah.

Penerbitan obligasi syariah diharapkan meningkat karena kini sudah tersedia cukup banyak ahli pasar modal syariah yang bisa mengatasi hambatan dan menjembatani korporasi dengan dewan pengawas syariah.

Permintaan obligasi syariah saat ini juga semakin tinggi. Investor yang melirik instrumen ini di antaranya berasal dari industri perbankan syariah dan asuransi syariah. "Saya berharap tahun ini obligasi syariah akan diserbu oleh badan usaha milik negara," ungkap Made.

Dengan optimisme tersebut, Made memprediksi hingga akhir tahun nanti obligasi syariah berpotensi mencetak mencetak return 12%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×