kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Kinerja obligasi korporasi jadi jawara dalam tujuh bulan terakhir


Senin, 02 Agustus 2021 / 00:05 WIB
Kinerja obligasi korporasi jadi jawara dalam tujuh bulan terakhir


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja obligasi korporasi jadi yang paling tinggi diantara instrumen investasi konvensional lain sepanjang tujuh bulan terakhir. Hingga akhir tahun analis memproyeksikan kinerja pasar obligasi tetap unggul. 

Mengutip Bloomberg sejak awal tahun hingga Jumat (30/7), kinerja obligasi korporasi yang tercermin dalam IndoBex Corporate Bond tumbuh 6,18%. Menyusul kinerja tertinggi ke dua berasal dari valuta asing pasangan GBP/IDR yang tumbuh 5,16%.  Setelah itu, kinerja obligasi pemerintah tumbuh 2,67%. 

Sementara, harga emas spot masih tercatat turun 4% dan harga logam mulia Antam turun sekitar 14%. Di pasar saham, indeks harga saham gabungan (IHSG) hanya tumbuh 1%. 

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan kinerja obligasi korporasi unggul karena menawarkan kupon yang lebih tinggi dari imbal hasil obligasi pemerintah. Volatilitas yang rendah pada obligasi korporasi juga mendukung kinerja jadi yang paling tinggi di tengah kondisi ekonomi yang belum pasti. 

Baca Juga: Bakal jatuh tempo, obligasi Waskita Karya (WSKT) kantongi peringkat idBBB

"Durasi obligasi korporasi biasanya lebih pendek dari obligasi pemerintah sehingga volatilitas juga lebih rendah," kata Yudha, Jumat (30/7). Karakteristik investor yang cenderung memegang obligasi korproasi hingga jatuh tempo juga membuat volatilitas harga di instrumen ini stabil. Yudha menyebut rata-rata transaksi obligasi pemerintah di pasar sekunder bisa mencapai Rp 18 triliun dalam satu hari, sementara, nilai transaksi obligasi korproasi hanya sekitar Rp ratusan miliar. 

Yudha memproyeksikan hingga akhir tahun obligasi korporasi masih menarik dan berpotensi memberi pertumbuhan kinerja yang unggul. Namun, seiring bertambahnya tekanan ekonomi akibat perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), risiko kredit perusahaan jadi meningkat. Alhasil, investor harus semakin selektif dalam memilih obligasi korproasi. 

Sementara, itu Yudha  memandang obligasi pemerintah juga menarik karena likuidiitas pasar melimpah, tidak memiliki risiko kredit, dan tren suku bunga masih rendah. 

Yudha memproyeksikan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun berpotensi menurun ke 5,75%-6% di akhir tahun ini. Alhasil, pasar obligasi masih berpotensi memberi pertumbuhan kinerja (upside).

Selanjutnya: Aksi pencarian dana di pasar modal ramai, minat investor masih tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×