Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir tahun ini menyentuh 13% year on year (yoy). Pertumbuhan itu diperkirakan didominasi oleh kinerja bank umum kelompok usaha (BUKU) IV.
Dengan demikian, asumsinya, kinerja keuangan bank BUKU IV berpotensi tumbuh positif. Investor bisa memanfaatkan peluang ini untuk memilah saham bank BUKU IV yang menarik dikoleksi.
Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menilai, secara umum, bank kelas kakap masih prospektif. Terlebih pertumbuhan kredit di bank-bank tersebut masih bagus. "BUKU IV, rata rata sudah menguasai lebih 50% dari total kredit perbankan nasional," papar dia, Jumat (5/10).
Statistik OJK memperlihatkan, pertumbuhan kredit bank BUKU IV per Juli 2018 sebesar 12,75% yoy. Tahun lalu, pertumbuhan kredit industri perbankan hanya 8,24% yoy.
Rasio perbankan kelompok ini juga masih solid, seperti terlihat pada kualitas kredit dan kecukupan modal yang lebih baik dibandingkan kelompok bank lainnya.
Meksi begitu, Aditya masih menyarankan wait and see saham perbankan. Alasannya, margin bunga bersih (NIM) perbankan cenderung masih ketat hingga akhir tahun ini. Dengan tren suku bunga tinggi, ada risiko terjadinya kenaikan tingkat bunga deposito di sisa tahun ini.
Di sisi lain, perbankan belum berani jor-joran mengerek bunga kredit. "Sekarang permasalahan juga pada posisi likuiditas yang cenderung ketat. Ditambah kondisi loan to funding ratio (LFR) yang mendekati 100%," papar dia, Jumat (5/10).
Tapi, lanjut Aditya, sejauh ini, posisi NPL bank BUKU IV masih cukup rendah. Dengan demikian, sektor perbankan masih aman.
OJK mencatat, Per Juli 2018, rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) gross BUKU IV naik ke level 2,43% dibandingkan Juli 2017 sebesar 2,77%. Namun, angka tersebut masih di bawah NPL industri yang mencapai 2,73% per Juli 2018. "Tahun depan, prospek emiten perbankan masih positif," kata Aditya.
Potensi upside
Menurut Aditya, dari sisi fundamental, saat ini, BBRI, BBNI dan BBCA masih menarik. Hanya saja, valuasi BBCA sudah terbilang mahal, sehingga kurang direkomendasikan.
Saham yang valuasinya paling murah sejatinya BMRI. Tapi, saham ini terbebani dengan risiko NPL yang tinggi. "Yang paling menarik BBRI dan BBNI," kata Aditya. Dia mematok target harga akhir tahun ini BBRI di level Rp 3.300 dan BBNI Rp 7.400
Sementara, meski valuasi BNGA masih sangat murah, Aditya menilai saham itu belum banyak dilirik. Terlebih, likuiditas saham ini kurang menarik. "Tapi, saham BNGA masih memungkinkan untuk trading dengan target harga tahun ini di level Rp 1.000," imbuh dia.
Senior Technical Analyst Samuel Sekuritas William Mammudi mengatakan, secara teknikal, pergerakan saham sektor perbankan masih tertekan. Penyebabnya, masih karena tren suku bunga yang tinggi.
Meksi begitu, dia melihat peluang rally BBRI selama bertahan di atas level support Rp 2.700.
Secara sektoral, kata William, saham perbankan masih memiliki potensi upside hingga akhir tahun ini. "Biasanya akhir tahun ada December effect (Natal dan Tahun Baru), dan sektor keuangan termasuk yang cenderung positif," imbuh dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News