Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Grup Rajawali resmi menjadi pemegang saham PT BW Plantation Tbk (BWPT) dengan memiliki 21,54% saham. Sepertinya, Rajawali memang cukup tertarik di bisnis BWPT. Rajawali dikabarkan akan menyerap saham baru atau rights issue yang akan dirilis oleh BWPT.
Nilai rights issue BWPT cukup fantastis. Yakni US$ 1 miliar. Meski belum resmi para analis menilai, PT Rajawali Corpora menambah saham di BWPT maka kinerja akan kian cemerlang. Apalagi, Rajawali merupakan perusahaan yang kuat.
Pasalnya, BWPT bisa mendapatkan suntikan dana dari Rajawali. "Nantinya BWPT akan mendapatkan injection dana ataupun tanah untuk memperluas bisnis mereka," tambah Andre Varian, Analis Ciptadana Securities.
Kondisi tersebut sebenarnya telah tercium dari rencana BWPT yang menerbitkan saham baru dengan nilai cukup gede. Andre menilai, Grup Rajawali akan memiliki mayoritas saham BWPT dalam jangka panjang.
Awal mula, PT Rajawali Corpora membeli saham BWPT terjadi di bulan ini. Kala itu Rajawali membeli saham milik Metacuna Group Ltd dan Pegasus Cp One senilai Rp 997,2 miliar setara 21,54%. Tak cukup di situ, Rajawali bahkan berencana mengubah nama BWPT.
Tapi bagi analis, jika rights issue benar dilakukan oleh BWPT maka akan dilakukan saat harga turun. Saat ini harga saham BWPT secara year to date (ytd) telah anjlok 28,19% menjadi Rp 955 pada 16 September 2014.
Harga CPO turun
Penurunan harga saham BWPT terjadi karena harga komoditas minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) sedang lesu. Tak hanya itu, secara fundamental neraca keuangan BWPT terbilang tak sehat. Rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) BWPT mencapai dua kali. Seharusnya menurut Andre titik aman DER BWPT di 1,68 kali. "Adanya Rajawali diperkirakan utang BWPT akan menurun," kata dia.
Andre menilai, harga CPO bakal di kisaran RM 2.400-RM 2.500 per ton. Namun, ternyata harga CPO di bulan ini terus anjlok. Bahkan pada 29 Agustus 2014 harga CPO untuk pengiriman Desember 2014 di Bursa Derivatif Malaysia di RM 1.966 per ton. Ini adalah harga terendah sejak kontrak berlangsung. "Harga CPO memang cenderung turun di kuartal III tahun ini," ujar dia.
Meski adanya penurunan harga CPO, Maula Adini Putri, Analis AAA Securities masih yakin, kinerja BWPT masih akan meningkat. Dia memproyeksikan, pendapatan BWPT bisa mencapai Rp 1,5 triliun dari Rp 1,14 triliun di tahun ini. Sementara laba bersih bisa naik menjadi Rp 341 miliar dari Rp 182 miliar di 2013.
Andre juga cukup yakin, pendapatan BWPT bisa meningkat 43,86% menjadi Rp 1,64 triliun sampai akhir tahun ini. Sedangkan laba bersih bisa melesat 112,09% menjadi Rp 386 miliar. Kalau Yasmin Soulisa, Analis BNI Securities yakin pendapatan BWPT naik 22,81% menjadi Rp 1,4 triliun di akhir tahun ini. Dan laba bersih BWPT diproyeksikan meningkat 47% menjadi Rp 267 miliar sampai akhir 2014.
Karena itu, ketiga analis menyarankan, buy untuk saham BWPT. Andre menargetkan di Rp 1.700. Sedangkan Adini dan Yasmin masing-masing menargetkan di Rp 1.500 dan Rp 1.620.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News