Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) melaporkan kinerja keuangan yang mentereng untuk periode enam bulan pertama 2022. ADMR membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 202,00 juta di semester pertama 2022. Angka ini melonjak 490% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 34,18 juta.
Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan kenaikan pendapatan. Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ini membukukan pendapatan usaha bersih US$ 435,65 juta atau naik 165% dari pendapatan di semester pertama tahun lalu yang sebesar US$ 164.15 juta.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer ADMR, Christian Ariano Rachmat, mengatakan, kenaikan pendapatan ini terjadi berkat kenaikan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP), yang ditopang kondisi harga yang solid dan kenaikan volume penjualan.
Baca Juga: Kinerja Moncer, Laba Bersih Adaro Minerlas (ADMR) Melejit 490% di Semester I-2022
ADMR mencatatkan kenaikan ASP sebesar 143% dibandingkan ASP pada semester pertama 2022.
Kenaikan ASP ini dibarengi dengan kenaikan kinerja operasional ADMR. Volume produksi pada enam bulan pertama 2022 naik 7% menjadi 1,53 juta ton dari sebelumnya 1,43 juta ton di periode yang sama tahun lalu.
Volume penjualan naik 9% menjadi 1,28 juta ton. Sebagai perbandingan, penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 1,17 juta ton.
Adapun volume pengupasan lapisan penutup alias overburden (OB) removal tercatat 3,50 juta bank cubic meter (bcm) atau naik 15% dari 3,05 juta bcm pada periode yang sama tahun lalu. Sehingga, nisbah kupas pada semester pertama 2022 tercatat 2,29 kali.
Nisbah kupas ini setara dengan kenaikan 7% dari semester pertama tahun lalu yang mencapai 2,13 kali. Saat ini ADMR menambang dari tambang Lampunut yang memiliki nisbah kupas yang rendah.
“Walaupun penurunan aktivitas manufaktur dan konstruksi membawa tantangan terhadap batubara metalurgi saat ini, kami berada di posisi yang baik untuk memenuhi target produksi sebesar 2,8 juta ton – 3,3 juta ton pada tahun 2022,” tulis Christian dalam siaran pers, Senin (29/).
Kenaikan kinerja ADMR turut mendongkrak naik sejumlah beban. Misalkan Beban pokok pendapatan yang naik 45% menjadi US$ 148 juta dari sebelumnya US$ 102 juta pada semester pertama 2021.
Kenaikan beban pokok pendapatan ini karena adanya kenaikan pada biaya royalti akibat kenaikan volume dan ASP, biaya penambangan, biaya pemprosesan batubara, dan biaya pengangkutan serta bongkar muat.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham dari MNC Sekuritas untuk Selasa (23/8)
Beban usaha juga naik 8% menjadi US$ 14 juta, terutama karena kenaikan komisi penjualan seiring kenaikan volume penjualan. Komisi penjualan naik 287% menjadi US$ 3 juta karena ASP yang naik 143%, dan volume penjualan naik 9% secara tahunan.
Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah dan Beban Pajak Penghasilan Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Indonesia dan beban pajak penghasilan mencapai US$ 133 juta atau naik 363% secara tahunan. Kenaikan ini akibat naiknya pendapatan dari penjualan batubara yang dipicu oleh kenaikan pada volume penjualan maupun ASP.
Pada enam bulan pertama 2022, ADMR telah membelanjakan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 0,91 juta. Realisasi capex ini turun 79% dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$ 4 juta. Belanja modal yang dikeluarkan pada periode ini terutama terkait dengan rencana ekspansi Pelabuhan Tuhup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News