Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan penurunan kinerja di kuartal pertama 2021. Emiten rokok ini mencatatkan pendapatan sebesar Rp 23,35 triliun atau turun 4,4% secara year on year (yoy). Sementara dari sisi bottom line, laba bersih HMSP justru anjlok hingga 22,1% menjadi Rp 2,6 triliun dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Analis Ciptadana Sekuritas Muhammad Fariz dalam risetnya pada 29 April 2021 menuliskan, perolehan top line HMSP telah memenuhi 27,9% dari proyeksi Ciptadana. Sementara untuk bottom line, kinerja HMSP justru berada di atas proyeksi Ciptadana dan konsensus, yakni masing-masing memenuhi 41% dan 33% proyeksi tahun ini.
“Pendapatan HMSP yang di atas proyeksi kami terjadi seiring adanya penyesuaian average selling price (ASP) pada SKM dengan kenaikan 2,5% pada kuartal pertama 2021 yang terjadi lebih cepat dari perkiraan. Sementara ASP segmen lainnya tetap datar,” tulis Fariz dalam riset.
Dengan kinerja HMSP pada kuartal pertama 2021 yang di luar perkiraan, Fariz pun menaikkan proyeksi pendapatan dan laba bersih HMSP pada tahun ini masing-masing sebesar 12,2% dan 53,2%. Dus, kini Ciptadana memproyeksikan pendapatan HMSP akan sebesar Rp 94,63 triliun dengan laba bersih Rp 9,72 triliun.
Baca Juga: Laba turun di kuartal I-2021, simak rekomendasi saham HM Sampoerna (HMSP)
“Penyebab utama naiknya proyeksi pendapatan adalah perlambatan penurunan volume penjualan yang akan menyebabkan peningkatan pengiriman rokok sebesar 11,4% pada tahun ini. Kami juga mengubah perkiraan A&P/penjualan dari 2,8%/2,7% menjadi 2,2%/2,1% yang seharusnya akan membantu ekspansi margin HMSP,” imbuh Fariz.
Kendati demikian, Fariz melihat permasalahan HMSP masih terletak pada sisi harga seiring pemberlakuan kenaikan cukai sejak Februari silam sebagai upaya pemerintah untuk mengontrol prevalensi merokok serta melindungi pendapatan negara juga masih akan jadi sentimen negatif. Ia menerangkan, walaupun beberapa pelaku industri rokok sudah melakukan penyesuaian harga, progresnya masih tetap lambat.
Lebih lanjut, dia menilai, pemerintah juga tidak memiliki perhatian yang signifikan untuk menyeimbangkan persaingan antara pemain tier 1 dan non tier 1. Sementara HMSP di satu sisi memiliki kesenjangan harga antara tier 1 dan non tier 1 yang belum terselesaikan.
Baca Juga: Kapitalisasi Pasar BEI Meningkat, Peta Big Cap Berubah
Fariz menambahkan, salah satu sentimen negatif untuk saham HMSP ke depan adalah penyesuaian metodologi periodik komposit indeks Indonesia dari market cap weighted menjadi free float based adjustment dari Juni 2021-Mei 2022. “Berdasarkan studi sebelumnya, ketika indeks LQ45 disesuaikan pada 2018, harga saham HMSP terkoreksi hingga lebih dari 20%,” ujar dia.
Oleh karena itu, Fariz masih mempertahankan rekomendasi jual untuk HMSP, tapi dengan target harga yang lebih tinggi dari Rp 850 menjadi Rp 1.100 per saham. Senin (3/5), harga saham HMSP ditutup pada Rp 1.305 per saham.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham HMSP di tengah kenaikan cukai rokok
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News