Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen masih lesu di semester I 2024. Sejumlah emiten semen mencatatkan penurunan kinerja.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), semisal, mencetak pendapatan sebesar Rp 16,41 triliun pada semester I 2024, turun 3,64% secara tahunan alias year on year (yoy). Sementara, laba bersih SMGR merosot 43,51% yoy menjadi Rp 503,49 miliar.
SMGR juga melaporkan penjualan semen domestik pada semester I 2024 turun 1,5% YoY menjadi 14,01 juta ton, dengan pangsa pasar domestik menyusut menjadi 50% atau 1,9 poin YoY.
Sementara, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) membukukan pendapatan neto sebesar Rp 8,12 triliun pada semester I-2024, naik 1,88% yoy. Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk yang dicatat INTP turun 37,76% yoy ke Rp 434,71 miliar.
INTP membukukan volume penjualan semen dan klinker secara keseluruhan 9,03 juta ton pada semester I-2024. Angka ini lebih tinggi 672.000 ton atau 8% dibandingkan capaian pada semester I-2023.
Secara keseluruhan volume penjualan semen domestik INTP tercatat 8,87 juta ton, tumbuh 808.000 ton atau 10% pada semester I-2024 berkat adanya tambahan volume dari PT Semen Grobogan.
Baca Juga: Pertahankan Kinerja Positif, Semen Indonesia Catat Laba Rp 503 Miliar di Semester I
Hal ini membuat pangsa pasar INTP di dalam negeri (semen saja, mengacu pada data Asosiasi Semen Indonesia/ASI) berada di level 29,4%.
“INTP pun memiliki pangsa pasar di Jawa 37,7% dan luar Jawa 20,5%,” ujar Corporate Secretary INTP Dani Handajani dalam keterangan resmi, Senin (5/8).
Tidak hanya pasar domestik, INTP juga mampu mencetak penjualan semen ke pasar ekspor sebanyak 163.000 ton pada semester pertama lalu.
Manajemen INTP memperkirakan, daya beli masyarakat yang lemah dapat terus menekan permintaan terhadap produk semen kantong, termasuk dampak dari pemilihan umum daerah pada November 2024.
Namun, musim kemarau dan hari libur yang lebih sedikit pada semester II-2024 akan berdampak positif terhadap keseluruhan aktivitas konstruksi.
Produk semen curah diperkirakan terus tumbuh sejalan pembangunan ibu kota baru dan percepatan proyek infrastruktur utama saat ini.
"Kami mempertahankan pandangan optimis untuk industri semen pada semester kedua dan memperkirakan volume akan tumbuh 2%–3% untuk keseluruhan tahun 2024," sebut Dani.
Sementara, PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp 2,06 triliun di semester I 2024, turun 1,50% yoy. Sayangnya, CMNT masih mencatat rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 222,75 miliar hingga akhir Juni 2024.
“Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya kinerja di sektor semen Indonesia dan Vietnam. Perseroan akan terus mencari lebih banyak peluang untuk mengembangkan bisnisnya di industri bangunan dan material,” ujar manajemen CMNT dalam keterbukaan informasi, Selasa (6/8).
Manajemen CMNT pun optimistis kinerja pasar semen akan tumbuh pesat di paruh kedua tahun 2024. Pemulihan ini didukung oleh percepatan megaproyek pembangunan IKN.
Di sisi lain, ada peluang penurunan suku bunga di Amerika Serikat (AS) pada akhir semester II 2024 yang dapat memberikan dampak positif terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan membuka potensi Bank Indonesia (BI) ikut memangkas suku bunga.
“Hal-hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan permintaan pasar semen domestik dan mengurangi tekanan pada harga jual semen. Sehingga, mampu meningkatkan kinerja perseroan secara keseluruhan pada paruh kedua 2024,” sebut manajemen CMNT.
Baca Juga: Kinerja Semen Indonesia (SMGR) Tertekan di Semester I, Begini Rekomendasi Analis
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama melihat, kinerja emiten semen di semester I 2024 lantaran permintaan yang stagnan di tengah kondisi oversupply.
“Industri semen memang tengah mengalami kontraksi. Namun, dilihat dari kinerja fundamental masing-masing emiten, kinerja INTP masih lebih unggul di antara yang lainnya,” ujar Nafan kepada Kontan, Selasa (6/8).
Di semester II, kondisi oversupply semen di pasar domestik juga masih akan membayangi kinerja para emiten. Namun, meskipun dampak oversupply ini masih panjang, tetapi selama pembangunan IKN berjalan, kinerja industri semen tetap akan bertahan.
“Jika memang penjualan masih akan stagnan di kondisi oversupply ini, emiten bisa mengimbanginya dengan menurunkan biaya operasional,” kata Nafan.
Sementara, aksi ekspor yang dilakukan sejumlah emiten dinilai Nafan bisa menjadi sentimen positif ke kinerja emiten semen.
“Ekspor bisa mengimbangi kelebihan suplai untuk dijual ke luar negeri. Pangsa pasar mereka juga akan semakin besar, mengingat wilayah penjualannya meluas,” tuturnya.
Nafan pun merekomendasikan accumulative buy saham INTP dan SMGR dengan target harga masing-masing Rp 8.000 per saham dan Rp 4.950 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham INTP ada di level support Rp 6.275 per saham dan resistance Rp 7.950 per saham. Rekomendasi speculative buy disematkan untuk INTP dengan target harga Rp 7.950 per saham.
Sementara, pergerakan saham SMGR ada di level support Rp 3.410 per saham dan resistance Rp 4.170 per saham. William pun merekomendasikan speculative buy untuk saham SMGR dengan target harga Rp 4.170 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News