Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bisnis properti di tahun ini masih seret. Indikasinya, rata-rata kinerja keuangan 11 emiten properti di semester I 2016 menurun. Selama separuh pertama tahun ini, rata-rata laba bersih 11 emiten properti menyusut 14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Perinciannya, laba bersih enam emiten tercatat tumbuh, empat emiten menurun dan satu menderita kerugian. Kinerja positif antara lain dicapai PT Metropolitan Kentjana Tbk (MKPI) yang mencetak laba bersih Rp 544,23 miliar atau melesat 109% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 260,4 miliar.
Hal ini seiring dengan pertumbuhan pendapatan MKPI hingga 121% (yoy) menjadi sekitar Rp 1,26 triliun. Kemudian PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) meraih pertumbuhan laba bersih 18,6% (yoy) menjadi Rp 895,96 miliar. Padahal pendapatan hanya tumbuh 0,6% (yoy) menjadi Rp 2,44 triliun.
Laba bersih PWON terdongkrak laba selisih kurs Rp 99,3 miliar. Laba PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) juga tumbuh 22,8% (yoy) menjadi Rp 558,09 miliar akibat untung selisih kurs Rp 211,08 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, ASRI menderita rugi kurs Rp 325,3 miliar. Adapun pendapatan usaha ASRI masih menyusut 25,4% (yoy) Rp 1,28 triliun.
Sedangkan emiten yang kinerjanya melambat antara lain PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Keempat emiten itu mencatatkan penurunan laba bersih masing-masing sebesar 95,3%, 41,9%, 25,7% dan 12,23%.
Adapun PT Nirwana Development Tbk (NIRO) menderita rugi bersih Rp 20,4 miliar, padahal di semester I 2015 masih mengantongi laba bersih Rp 27,9 miliar.
Bunga bank Analis Asjaya Indosurya, William Surya Wijaya menilai, perlambatan bisnis properti sepanjang paruh pertama tahun ini sejalan perlambatan di sektor riil. "Sebenarnya bunga perbankan mulai turun, tapi belum signifikan. Ini perlu waktu untuk penyesuaian," kata dia kepada KONTAN, Ahad (31/7).
William memprediksi, prospek sektor properti di semester kedua lebih baik, lantaran penurunan bunga kredit perbankan semakin signifikan. Kebijakan pelonggaran loan to value (LTV) dan aturan inden diharapkan juga mendorong penjualan properti. William memperkirakan, sektor riil di paruh kedua semakin cerah seiring kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, dia optimistis sektor properti semakin bergairah.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, industri properti belum bergairah di semester I lantaran daya beli masyarakat belum pulih. Di sisi lain, penyesuaian penurunan BI rate terhadap bunga kredit membutuhkan waktu 3 bulan- 6 bulan.
Hans juga memprediksi, prospek industri properti semakin bagus di separuh kedua tahun ini. Program tax amnesty berpotensi memberikan dampak besar ke industri properti. Hans bilang, aturan tersebut akan mendorong orang semakin berani berinvestasi di sektor properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News