Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kinerja emiten saham properti sepanjang tahun lalu masih positif. Padahal, emiten properti telah diterjang kenaikan suku bunga kredit bank dan beleid loan to value (LTV) kredit pemilikan rumah (KPR) sejak tengah tahun lalu. Namun, mayoritas emiten saham properti masih mencetak kenaikan laba.
Indeks saham sektor properti pun tumbuh di atas indeks sektor lainnya. Pertumbuhan sektor properti naik 28,88% secara year to date (ytd). Padahal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya naik 11,12%.
Lonjakan indeks saham properti ini berkaitan erat dengan perolehan beberapa emiten properti pendorongnya. Sebut saja PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), misalnya, mencatat kenaikan laba bersih 109,28% menjadi Rp 2,69 triliun. PT Sentul City Tbk (BKSL) mencatat kenaikan laba bersih 185% menjadi Rp 630,24 miliar (lihat tabel).
Kalkulasi Reza Nugraha, analis MNC Securities, rata-rata kenaikan pendapatan dan laba bersih emiten properti ini di atas 35% di 2013. "Meski bunga naik dan kebijakan pemerintah memberatkan kinerja perusahaan, nyatanya kebutuhan perumahan masih tinggi," jelas dia.
Tahun ini melambat
Kenaikan suku bunga dan beleid LTV yang baru, menurut para analis, juga baru terasa di 2014. Karena itu, Reza memperkirakan, kinerja emiten properti akan melambat. "Pertumbuhan kinerja rata-rata hanya akan di 25%-30%," ungkap dia.
Apalagi jika Bank Indonesia masih menaikkan suku bunga di tahun ini. Sebab, Reza bilang, sekitar 80% para pembeli properti menggunakan KPR.
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menambahkan, depresiasi rupiah juga ikut melemahkan kinerja emiten properti. Karena itu, dia memproyeksikan, kinerja emiten properti di 2014 akan lebih rendah. "Jika BI tidak menurunkan bunga bank, ke depannya orang akan berhati-hati dalam berinvestasi di properti dan membuat saham properti berisiko," jelas dia.
Namun, analis yakin, saham emiten properti masih menarik untuk dikoleksi. Asal memenuhi beberapa syarat berikut.
Salah satunya, menurut Reza, emiten properti harus memiliki kas yang besar. Sebab, pemerintah tak memperbolehkan pengembang mengenakan pembayaran di muka jika belum mulai membangun. Konsekuensinya, uang yang keluar berasal dari kas perusahaan. "Pilih emiten dengan kas besar, utang kecil dan cadangan lahan yang masih besar," papar Reza.
Dia merekomendasikan, BSDE dengan target Rp 1.850, PT Ciputra Development Tbk dengan target Rp 1.350 dan PT Summarecon Agung Tbk di Rp 1.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News