Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten jalan tol di kuartal I 2024 tercatat masih beragam. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dinilai masih menjadi jawara di sektor ini.
JSMR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 6,04 triliun di kuartal I 2024, naik 35,97% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 4,44 triliun. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah Rp 585,92 miliar. Ini naik 14,43% yoy dari Rp 497,56 miliar.
Jika dirinci, segmen jalan tol masih jadi kontributor utama ke pendapatan JSMR di kuartal I 2024, yaitu Rp 3,91 triliun. Ini naik dari Rp 3,01 triliun di periode sama tahun lalu.
Corporate Secretary & Chief Administration Officer Jasa Marga Nixon Sitorus mengatakan, konsolidasi kembali atas tiga ruas jalan tol trans jawa, yakni PT Jasamarga Semarang Batang, PT Jasamarga Solo Ngawi, dan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri. Konsolidasi yang dilakukan sejak Juli 2023 ini juga turut mempengaruhi pencapaian positif Perseroan di kuartal I.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 7.135 Senin (6/5), Net Sell Asing Tembus Rp 1,18 Triliun
“Total panjang jalan tol Jasa Marga Group yang telah beroperasi sepanjang 1.264 KM. Ini merepresentasikan 47% jalan tol beroperasi di seluruh Indonesia. Total konsesi jalan tol yang dikelola oleh Perseroan mencapai 1.736 KM,” ujarnya dalam keterangan resmi.
PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mencatat pendapatan Rp 72,61 miliar di kuartal I 2024, turun 82,33% yoy dari sebelumnya Rp 411,16 miliar. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 80,06 miliar di kuartal I 2024. Ini berbalik dari rugi Rp 30,32 miliar di kuartal I 2024.
Hal itu disebabkan, penghasilan keuangan META menambah Rp 2,17 miliar di kuartal I 2024. Pada periode yang sama tahun lalu, penghasilan keuangan hanya Rp 1,74 miliar. Di sisi lain, beban keuangan META di kuartal I 2023 tercatat Rp 118,25 miliar. Sementara di kuartal I 2024 tersisa Rp 11,63 miliar.
Head of Corporate Communication & CSR META, Indah D.P. Pertiwi mengatakan, rugi bersih di kuartal I 2023 disebabkan oleh beban bunga terkait pinjaman untuk investasi pembelian saham PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC).
“PT JJC ini mengoperasikan Jalan Layang Syeikh Mohammed bin Zayed alias Jalan Tol MBZ,” ujarnya kepada Kontan, Senin (6/5).
Sementara, penurunan pendapatan di kuartal I 2024 disebabkan oleh perubahan pencatatan akuntansi semata lantaran kinerja PT Margautama Nusantara (MUN) sudah tidak dikonsolidasikan lagi laporan keuangan META. Ini terkait dengan proses delisting sukarela yang tengah dilakukan oleh META.
Meskipun bukan segmen bisnis utama, tetapi PT PP Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga memiliki sumbangan pendapatan dari jalan tol.
Untuk WIKA, pendapatan jalan tol berasal dari pendapatan pihak ketiga. Misalnya, pendapatan dari Badan Pengatur Jalan Tol menyumbang Rp 72,40 miliar di kuartal I 2024, turun dari Rp 260,27 miliar di periode sama tahun lalu. Penjualan tiket Tol Serang Panimban menyumbang Rp 20,19 miliar, naik dari Rp 18,93 miliar di kuartal I 2023.
Untuk PTPP, pendapatan tol sebesar Rp 16,13 miliar di kuartal I 2024, dari sebelumnya tidak ada di periode sama tahun lalu.
Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian melihat, JSMR menjadi jawara emiten jalan tol di kuartal I 2024. Kinerja JSMR sudah sesuai dengan perkiraan pasar.
“Pendapatan dan laba tumbuh JSMR terjadi di tengah peningkatan trafik kendaraan akibat lebaran, rekonsolidasi ruas tol, dan juga mulai beroperasinya ruas tol baru seperti Jalan Tol Cinere Serpong Jaya (CSJ),” ujarnya kepada Kontan, Senin (6/5).
Baca Juga: Hari Ini Bergerak Tipis, IHSG Masih Fluktuatif Pada Selasa (7/5)
Ayu melihat, JSMR juga masih menjadi emiten jalan tol yang lebih baik jika dibanding WIKA dan PTPP.
“WIKA masih mencatatkan margin negatif pada segmen tollroad pada kuartal I,” paparnya.
Di tahun 2024, JSMR masih akan mencatatkan kinerja yang solid di tengah penyesuaian tarif tol di ruas Jakarta-Cikampek (Japek) dan Jalan Tol MBZ.
“Selain itu, industri transportasi & pergudangan juga masih mencatatkan pertumbuhan positif, sehingga dapat berdampak pada kenaikan mobilitas,” tuturnya.
Ayu pun merekomendasikan hold untuk JSMR dengan target harga Rp 5.725 per saham.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora, JSMR masih menjadi yang leading di sektor ini, karena laba bersihnya meningkat sebesar 14,43% yoy.
“Pendapatan emiten jalan tol naik karena adanya kenaikan tarif jalan tol. Selain itu, mobilitas kendaraan tinggi selama masa kampanye Pemilu 2024 juga jadi sentimen positif,” ujarnya kepada Kontan, Senin (6/5).
Di kuartal II 2024, kinerja emiten jalan tol diprediksi masih akan terkerek naik karena sentimen arus mudik dan arus balik di awal periode ini. Selain itu, adanya dua kali akhir pekan panjang di bulan Mei dan satu kali di bulan Juni akan masih akan menopang kinerja emiten jalan tol di kuartal II 2024.
“Sementara, Di Q3 2024 baru adanya potensi penurunan pada emiten jalan tol,” tuturnya.
Andhika pun merekomendasikan beli untuk JSMR dengan target harga Rp 5.700 per saham.
Senada, Research Analyst Phintraco Sekuritas Aditya Prayoga melihat, juga melihat JSMR sebagai jawara di sektor ini. Kinerja JSMR yang solid di kuartal I 2024 menunjukkan kemampuan JSMR dalam mengoptimalkan operasionalnya di sektor tol, sehingga menciptakan nilai tambah bagi pemangku kepentingan Perusahaan.
Dengan pendapatan tol yang menyumbang 90% dari total keseluruhan, kenaikan pendapatan JSMR terutama didorong oleh sektor ini. Penyesuaian tarif di beberapa ruas tol menjadi pendorong utama kenaikan pendapatan tol, yang tumbuh sebesar 29,96% menjadi Rp 3,919 triliun pada kuartal I 2024.
Selain itu, momen liburan dan perayaan Lebaran yang terjadi selama kuartal I 2024 juga berkontribusi pada peningkatan pendapatan. Sebab, momen liburan dan Lebaran 2024 mampu meningkatkan volume aktivitas lalu lintas.
“Sehingga, kombinasi dari strategi kenaikan tarif tol serta momentum positif dari momen liburan dan Lebaran ini membantu JSMR mencatatkan kinerja keuangan,” ujarnya kepada Kontan, Senin (6/5).
Sementara itu, beberapa BUMN Karya lain justru berkeinginan untuk melakukan divestasi aset tolnya. Misalnya, WIKA yang berupaya melakukan divestasi Jalan Tol Serang-Panimban dan PTPP yang berupaya divestasi Jalan Tol Semarang-Demak.
Baca Juga: Kompak, Simak Harga Saham BBRI, BBHI, dan CPIN di Penutupan Bursa Senin (6/5)
“Langkah divestasi ini merupakan upaya menurunkan beban utang yang cukup membengkak,” ungkapnya.
JSMR juga tengah berupaya melakukan divestasi terhadap beberapa proyeknya, seperti PT Jasamarga Transjawa Tollroad (JTT) yang akan selesai pada semester I 2024.
Artinya, JSMR akan mendapatkan injeksi dana segar tanpa harus menambah utang, sementara tetap mempertahankan porsi pendapatan dari tol yang masih menjadi bagian dari konsesi perusahaan.
“Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kinerja JSMR ke depan,” paparnya.
Menurut Aditya, kinerja JSMR masih akan positif di tahun 2024, meskipun akan ada penurunan mobilitas setelah Lebaran 2024. Momen liburan lain, seperti Idul Adha pada kuartal II dan Nataru pada kuartal IV juga akan berkontribusi positif ke kinerja JSMR.
Selain faktor liburan, rilis beberapa proyek jalan tol selama tahun 2024-2025, diharapkan dapat memberikan dorongan tambahan terhadap kinerja JSMR.
Rilis proyek yang dimaksud adalah Jakarta-Cikampek II Section 3, Jogja-Solo, Probolinggo-Banyuwangi (Fase 1), Jogja-Bawen (Section1-6), dan Jogja-Solo.
“Dengan menggunakan metode relative valuation dengan pendekatan PER, maka diperoleh potensi fair value JSMR berada di level Rp 5.740 per saham,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News