Reporter: Narita Indrastiti, Agustinus Beo Da Costa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor infrastruktur masih cemerlang. Dua emiten yang baru merilis laporan keuangan yaitu PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Jasa Marga berhasil mengantongi kenaikan laba bersih 34% dibandingkan tahun 2011 menjadi Rp 1,602 triliun. Ini adalah akibat dari melonjaknya pendapatan JSMR tahun lalu yang naik 39,96% menjadi Rp 9,07 triliun.
Kontribusi kenaikan pendapatan JSMR masih berasal dari proyek tol Rp 5,58 triliun. Jasa Marga juga mendapat pemasukan dari konstruksi Rp 3,34 triliun. Pendapatan dari sektor ini naik 124,16% dari tahun sebelumnya.
"Peningkatan ini menunjukkan tingginya pertumbuhan konstruksi pembangunan, sejalan dengan target Perseroan mengoperasikan seluruh ruas baru pada tahun 2015," ungkap Direktur Utama JSMR Adityawarman, Selasa (26/3). Sementara, pendapatan lainnya Rp 143,4 miliar berasal dari sewa lahan dan jasa pengoperasian jalan tol pihak lain.
Volume lalu lintas transaksi selama 2012 juga meningkat 10,04% menjadi 1,201 miliar. Hal ini didukung pertumbuhan yang relatif tinggi dari volume lalu lintas Ruas Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi 1, Ruas Semarang-Solo Seksi Semarang-Ungaran, dan Ruas Surabaya-Mojokerto Seksi 1A. Efisiensi beban juga menjadikan laba usaha JSMR naik 28% menjadi Rp 2,97 triliun.
Jasa Marga juga telah melepaskan seluruh kepemilikan sahamnya pada PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP) di tahun lalu. Penjualan tersebut memberikan kontribusi tambahan pada penghasilan lain-lain sebesar Rp 147 miliar.
Agar tetap bertumbuh, tahun ini perseroan merencanakan untuk mengoperasikan 4 ruas jalan tol baru yaitu, Ruas Semarang-Solo seksi Ungaran-Bawen, Ruas Gempol-Pandaan, Ruas JORR W2 Utara dan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa.
Kinerja TLKM
Meski tidak sepesat JSMR, TLKM juga berhasil membukukan kenaikan kinerja. Pendapatan TLKM bertumbuh 8,26% menjadi Rp 77,14 triliun. Laba bersih TLKM juga tumbuh 18,77% menjadi Rp 18,38 triliun. Akibatnya, laba bersih per saham dasar menjadi Rp 669,19 dari sebelumnya Rp 559,67 per saham.
Ini akibat, rugi selisih kurs yang selama ini memberatkan kinerja laba TLKM menurun menjadi Rp 189 miliar dari sebelumnya Rp 210 miliar. Dus, laba usaha TLKM menanjak 17% menjadi Rp 25,69 triliun.
Pendapatan telepon menyumbang kontribusi terbesar yaitu 53,6% setara Rp 41,39 triliun dari pendapatan TLKM. Kontribusi lain berasal dari pendapatan interkoneksi naik 21,77% jadi Rp 4,27 triliun. Sementara pendapatan jasa menyumbang Rp 27,62 triliun, naik 15,47% year-on-year (yoy). Namun, pendapatan jaringan justru turun 7,1% menjadi Rp 1,21 triliun. Pendapatan lain-lain juga naik 14,9% jadi Rp 2,64 triliun.
Analis AM Capital, Akhmad Nurcahyadi mengatakan, pertumbuhan laba bersih perusahan TLKM 3% di atas pertumbuhan industri telekomunikasi.
Apalagi, pasar industri telekomunikasi sudah jenuh. Market share yang dikuasai oleh masing-masing emiten sudah tidak bisa lebih besar lagi. Namun, Akhmad bilang, TLKM masih bisa meningkatkan laba bersih dan pendapatan dengan melakukan diversifikasi layanan dan produk, terutama pada data dan aplikasi.
Analis Samuel Sekuritas, Muhammad Alfatih menilai, pertumbuhan BUMN sektor infrastruktur sangat kuat. Itu terjadi karena kebutuhan infrastruktur masih besar. Selain itu, pemerintah terus menggenjot sektor infrastruktur sebagai kompensasi dari penurunan sektor batubara dan minyak kelapa sawit saat ini.
BUMN infrastruktur juga menjadi andalan pembangunan infrastruktur karena sektor swasta belum cukup kuat untuk menopang besarnya proyek pemerintah. "Ada perang yang memang harus diisi oleh BUMN," tutur Alfatih. Selasa (26/3), harga kedua saham ini terus naik. JSMR ditutup naik 1% menjadi Rp 5.850 per saham. Saham TLKM juga naik 1% menjadi Rp 10.850 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News