Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Kinerja emiten berkapitalisasi pasar jumbo alias big caps hanya naik tipis. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), misalnya. Laba bersihnya cuma tumbuh 5% menjadi Rp 3,64 triliun sementara pendapatan naik 8,58% menjadi Rp 21,25 triliun.
Margin laba bersih TLKM pun menyusut dari 17,75% menjadi 17,12%. Soalnya, beban TLKM meningkat. Misal, beban operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi yang harus ditanggung mencapai Rp 5,1 triliun. Beban ini membengkak dari kuartal I 2013, sebesar Rp 4,69 triliun. Beban pemasaran pun naik dari Rp 643 miliar jadi Rp 920 miliar.
Belum lagi, TLKM harus mencatatkan rugi selisih kurs Rp 697 miliar.
Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) lebih baik. Laba bersih ASII naik 10% menjadi Rp 4,7 triliun secara year on year (yoy). Laba per saham pun naik menjadi Rp 117 per saham dari Rp 106 per saham. Pertumbuhan laba ini lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan kuartal I yang naik 7% yoy menjadi Rp 49,8 triliun.
Kenaikan kinerja ASII ditopang kinerja dua anak usaha, yakni PT United Tractors Tbk (UNTR dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang naik.
Emiten lain yang sudah merilis laporan keuangan adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Laba emiten ini naik 8,74% menjadi Rp 536,3 miliar.
Analis First Asia Capital David N. Sutyanto mengatakan, secara umum, pasar tak banyak berharap dari kinerja emiten di kuartal I. Maklum, pertumbuhan ekonomi masih melambat. Akibatnya, beberapa emiten masih sulit menorehkan kenaikan margin laba. "Di kuartal I dipastikan banyak emiten yang kinerjanya turun," analisis dia.
Selain itu, kenaikan suku bunga dan depresiasi rupiah masih menjadi tekanan buat emiten di tiga bulan pertama ini. Ini tampak dari kinerja TLKM. Analis Bahana Securities Aditya Eka Prakasa mengatakan, kinerja TLKM sebenarnya sudah diperkirakan. "Meski beban naik, sebenarnya jika dibandingkan emiten telekomunikasi lain, TLKM termasuk paling efisien," ujar dia.
Secara umum, menurut Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, bisnis telekomunikasi masih seret. Namun, bagi dia, TLKM masih menjadi market leader di bisnis ini.
Aditya mengatakan, tahun ini, TLKM masih bisa memperbaiki kinerja karena efek dari pemilihan umum presiden. Dampaknya akan signifikan ke lini usaha Telkomsel, bisa menaikkan jumlah penggunaan voice dan SMS sebesar 20%. Di akhir tahun, ia memperkirakan, pendapatan TLKM bisa mencapai Rp 88,88 triliun dan laba bersih Rp 15,5 triliun.
Namun, analis MNC Securities Reza Nugraha mengatakan, TLKM sejatinya bisa tumbuh lebih tinggi di kuartal I. Namun, karena ada selisih kurs, margin TLKM menyempit. Sementara, soal kinerja ASII, dia menilai, ada perbaikan kinerja karena harga komoditas mulai membaik. Namun, dia menyarankan agar investor mewaspadai ASII karena beban utang dollar AS.
Di kuartal I tahun ini, Reza menilai, emiten big caps di sektor properti dan emiten perbankan akan cenderung melambat. Sementara, kinerja emiten perkebunan akan lebih baik karena tertolong membaiknya harga komoditas di kuartal I tahun ini.
David dan Reza merekomendasikan hold untuk ASII dan TLKM. David menargetkan saham ASII di Rp 7.700 dan target TLKM di Rp 2.500. Reza pun memasang target di Rp 7.900 untuk ASII dan Rp 2500 untuk TLKM. Namun, Aditya merekomendasikan buy untuk TLKM dengan target Rp 2.900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News