kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Kinerja Emiten Baja Masih Berat, Simak Rekomendasi Sahamnya


Senin, 13 Mei 2024 / 19:55 WIB
Kinerja Emiten Baja Masih Berat, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Kinerja emiten baja di kuartal I 2024 tercatat masih berat di kuartal I 2024 akibat penurunan permintaan.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten baja di kuartal I 2024 tercatat masih berat di kuartal I 2024 akibat penurunan permintaan.

PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) mencatat penjualan sebesar Rp 1,37 triliun per kuartal I-2024. Angka ini menurun 20,95% secara tahunan atau year on year (YoY) dari semula Rp 1,73 triliun per kuartal I-2023. 

ISSP mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 108,84 miliar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Rp 106,99 miliar pada posisi yang sama tahun lalu. 

“Sejauh ini sentimen penggerak utama kinerja kami masih dari proyek pemerintah. Serapan capex baru sekitar 10% di kuartal I 2024,” ujar Corporate Secretary Steel Pipe Industry of Indonesia Johannes W. Edward kepada Kontan.co.id, Senin (13/5).

Johannes mengatakan, ISSP masih berharap pada sentimen positif dari kemungkinan kenaikan harga baja di tahun ini. Namun, harga baja saat ini juga masih fluktuatif. Melansir Trading Economics, harga baja saat ini ada di level CNY 3.480 per ton, naik 3,26% secara bulanan. Namun, harga baja saat ini turun 3,15% YoY.

“Perlu dicermati apakah kenaikan harga baja akan berlanjut. Untuk strategi tahun ini, kami telah mempersiapkan tim untuk meningkatkan pendekatan ke end user,” ungkapnya.

Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Catat Penjualan US$ 162,55 Juta pada Kuartal I 2024

Meskipun terjadi fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), tetapi ISSP mengakui hal itu tak berdampak ke kinerja Perseroan secara keseluruhan. Hari ini, kurs rupiah melemah ke Rp 16.081 per dolar AS di pasar spot.

“Untuk pasar ekspor, masih cukup menantang untuk ISSP. Per hari ini, kontribusi dari proyek pembangunan dalam negeri ke kinerja ISSP masih sekitar 60%,” tuturnya.

Sementara, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) mencatatkan penjualan bersih sebesar US$ 162,55 juta di kuartal I 2024. Ini turun 22,68% secara tahunan dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 210,25 juta.

Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 13,59 juta di kuartal I 2024. Ini naik 132,28% yoy dari sebelumnya US$ 5,85 juta.

Baca Juga: Menperin: Produsen Gas Industri Berperan Vital Dukung Sektor Manufaktur

Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada mengatakan, kinerja ISSP dan GGRP masih lumayan baik. Ini tercermin dari peningkatan laba di tengah penurunan penjualan di kuartal I 2024.

“Artinya, mereka mampu menjaga beban biaya produksinya dengan baik di kuartal ini,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/5).

Reza melihat, pasar industri baja masih mengalami penurunan akibat berkurangnya permintaan akan produk olahan baja.

Belum banyaknya ekspansi yang dilakukan sejumlah pabrik dinilai Reza mengakibatkan permintaan akan olahan baja cenderung berkurang.

“Meskipun kalau dilihat dari harga baja global mengalami kenaikan secara bulanan, namun secara permintaan tetap berkurang. Ini yang akan berpengaruh ke penjualan emiten baja,” ungkapnya.

Baca Juga: Menperin: Produsen Gas Industri Berperan Vital Dukung Sektor Manufaktur

Dengan adanya penguatan kurs dolar AS terhadap rupiah, seharusnya bisa memberikan dampak positif ke kinerja emiten baja yang melakukan ekspor. Namun, permintaan baja juga tidak terlalu ekspansif, sehingga penjualan mereka pun tidak dapat digenjot tinggi. 

Meskipun begitu, konsumsi baja nasional di tahun 2024 diproyeksikan akan bertumbuh. Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) memproyeksikan konsumsi baja nasional tumbuh sebesar 5,2% menjadi 18,3 juta ton pada 2024, dari realisasi sebanyak 17,4 juta ton pada tahun lalu. 

Dalam laporan terbarunya, IISIA juga memproyeksikan produksi pada tahun 2024 ini akan tetap tumbuh 5,2% menjadi 15,9 juta ton dari 15,2 juta ton pada 2023.

“Sedangkan, ekspor diperkirakan melesat 18,6% menjadi 7,1 juta ton dari 6,0 juta ton di tahun ini. Tetapi, ini juga masih fluktuatif,” paparnya.

Reza pun merekomendasikan beli untuk ISSP dengan target harga di level Rp 330 per saham. Sementara, GGRP bisa mencapai target harga Rp 470 per saham.

“Namun, GGRP tidak lebih likuid dari ISSP,” tuturnya.

Baca Juga: Asosiasi Baja Minta Pabrik Baja Ilegal Dibabat

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, kinerja ISSP dan GGRP masih baik dari sisi perolehan laba bersih karena kemampuan keduanya dalam menekan cost of goods sold (COGS) dan operating expenses.

“Sehingga, terlihat keduanya berhasil melakukan efisiensi dalam produksi usahanya,” ujarnya kepada Kontan, Senin (13/5).

Namun, harga baja sendiri masih tertekan akibat oversupply yang disebabkan adanya perlambatan ekonomi secara global.

“Jika nantinya kondisi ekonomi global membaik, permintaan baja secara global akan kembali meningkat dan harganya akan kembali naik,” tuturnya.

Dari segi pasar domestik, permintaan baja sebenarnya masih ada. Tetapi, kondisi oversupply akibat beredarnya baja impor membuat penjualan emiten baja menjadi kurang bagus di tahun ini. Apalagi, baja impor memiliki tingkat metalurgi yang lebih baik daripada baja yang diproduksi di dalam negeri.

Salah satu cara untuk menanggulanginya adalah meningkatkan nilai tambah produksi baja dalam negeri lewat penerapan teknologi.

“Penguatan kurs dolar AS juga tidak berpengaruh banyak ke kinerja emiten baja, karena permintaan global masih rendah dan terjadi kondisi oversupply,” papar dia.

Nafan pun merekomendasikan hold untuk ISSP dengan target harga Rp 270 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×