Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) walaupun masih terpukul, namun sudah perlahan mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari kinerja BBRI pada kuartal III-2020 yang mulai mengalami peningkatan secara kuartalan.
Pada kuartal III kemarin, BBRI tercatat membukukan pendapatan Rp 29,28 triliun atau naik 16% dibanding kuartal II-2020. Namun jika dihitung hingga triwulan ketiga 2020 baru sebesar Rp 85,86 triliun atau turun 5,4% secara year on year (yoy).
Dari sisi bottom line, BBRI mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 94,6% secara kuartalan menjadi Rp 3,95 triliun pada kuartal III-2020. Walau mengalami pertumbuhan pesat, hingga kuartal III 2020, laba bersih BBRI tersebut baru Rp 14,15 triliun atau turun 42,9% secara year on year.
Baca Juga: Kinerja terkikis, simak ikhtisar keuangan Medco Energi (MEDC) hingga kuartal III-2020
Adapun analis OCBC Sekuritas Isfhan Helmy dalam risetnya pada 20 November 2020 mengatakan, kinerja bottom line BBRI baru memenuhi 62% dari proyeksi OCBC Sekuritas pada tahun ini. Isfhan menyebut terpukulnya bottom line BBRI akibat biaya pencadangan yang mengalami kenaikan hingga 25% secara yoy.
“Kami memperkirakan biaya pencadangan akan kembali naik hingga 20% secara yoy pada tahun ini. Hal ini dikarenakan adanya indikasi dari BBRI yang akan melakukan restrukturisasi pinjaman hampir ke semua segmen, kecuali segmen korporasi. Bahkan, jika BBRI melakukan restrukturisasi pinjaman ke segmen korporasi, credit cost juga akan terdorong naik,” tulis Isfhan.
BBRI terbukti masih solid selama pandemi karena pinjaman masih bisa naik 2,4% secara yoy menjadi Rp 896,2 triliun hingga kuartal III 20. Dari sisi Non Performing Loan (NPL) juga masih stabil di 3,02% pada kuartal III 2020. Dari sisi pinjaman yang direstrukturisasi telah mencapai Rp 192 triliun hingga September kemarin.
Isfhan menilai, salah satu katalis yang menarik untuk diperhatikan terhadap prospek BBRI adalah rencana BBRI yang akan mengakuisisi PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Menurutnya, jika rencana tersebut sampai terlaksana, BBRI berpotensi mendapat tambahan laba bersih hingga 14% dan kenaikan aset mencapai 7%.
Baca Juga: IHSG naik 2% ke 5.724 pada perdagangan Selasa (1/12), net sell asing Rp 684,05 miliar
“Jika dilihat, pada 9M20, laba bersih Pegadaian dan PNM jika digabungkan berkisar 14% dari laba bersih BBRI. Sementara aset Pegadaian dan PNM jika digabungkan mencapai Rp 97,3 triliun atau setara dengan 7% dari aset BBRI,” tambah Isfhan.
Dengan kondisi tersebut, Isfhan merekomendasikan untuk hold saham BBRI. Namun, ia menaikkan target harga dari semula Rp 3.900 menjadi Rp 4.400 per saham.
Selanjutnya: Divestasi tol mundur, analis prediksi Waskita Karya (WSKT) akan alami kerugian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News