Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) diperkirakan tetap membukukan kinerja solid di tahun 2024. BBRI utamanya bakal didukung oleh pertumbuhan pinjaman dari segmen mikro melalui Kupedes.
Analis OCBC Sekuritas Budi Rustanto menilai bahwa BBRI dapat mempertahankan Net Interset Margin (NIM) dengan bauran aset dan Cost of Fund (CoF) yang lebih baik di tahun 2024. Hal itu sejalan dengan prospek pertumbuhan kredit sektor mikro yang kuat, perbaikan NIM, kualitas aset yang terkendali dengan rasio cakupan yang memadai, peningkatan fee based income melalui transformasi digital, serta likuiditas konservatif dan manajemen modal.
Budi memproyeksi, pinjaman BBRI akan meningkat sekitar 11% year on year (YoY) pada tahun 2024, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang solid karena didukung oleh ekosistem mikro dan ultra mikro. Kupedes diperkirakan akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan pinjaman BBRI sebesar sekitar 35% pada akhir tahun 2024. Sedangkan non-KUR akan memberikan kontribusi sekitar 60% terhadap total pinjaman mikro.
Seperti diketahui, pertumbuhan pinjaman BBRI sebesar 11,0% YoY menjadi Rp1.197,8 triliun pada tahun 2023, terutama bersumber dari segmen mikro, korporasi, dan konsumen. Segmen mikro naik 10,9% YoY menjadi Rp 611,2 triliun, berkontribusi 48,3% terhadap total portofolio pada tahun 2023. Kupedes naik 64,3% YoY menjadi Rp212,3 triliun pada tahun 2023.
Baca Juga: 50% Aset Industri Perbankan Nasional Dikuasai Bank KBMI 4, Mandiri dan BRI Jawaranya
“Kami tetap optimistis terhadap prospek BBRI karena didorong oleh pertumbuhan kredit sektor mikro yang kuat, khususnya dari Kupedes seiring dengan pertumbuhan perekonomian yang solid,” ungkap Budi dalam riset 5 Februari 2024.
Selanjutnya, Budi memperkirakan NIM BBRI berada di kisaran 8,0% tahun 2024, didorong oleh perbaikan bauran aset produktif dan CoF. Cost to Income Ratio (CIR) akan berada pada kisaran 41% pada tahun 2024 dengan pertumbuhan opex yang terkendali di tingkat perbankan dan Pegadaian. Selain itu, biaya kredit atau cost of credit (CoC) diperkirakan akan terkendali pada sekitar 2,4% di tahun 2024.
Adapun BBRI memperkirakan hapus buku kredit alias write-off pada tahun 2024 akan sama dengan tahun lalu sekitar Rp 34 triliun. Bank BRI masih dalam proses percepatan restrukturisasi covid khususnya pada segmen mikro dan UKM.
Namun BBRI yakin mampu mengelola tingkat pemulihan di atas 50% tahun ini, didukung dengan asuransi pada produk Kupedes.
Sementara itu, Non Performing Loan (NPL) BBRI diperkirakan akan berada di angka 2,8% pada tahun 2024. Bank tetap mewaspadai memburuknya kualitas aset segmen mikro dan kecil, sehingga mengkaji credit scoring model.
Budi mengantisipasi, BBRI kemungkinan akan berhati-hati terhadap biaya pendanaan selama semester pertama 2024. Hal ini diantaranya karena adanya pembayaran dividen dan jumlah peningkatan uang beredar selama bulan Ramadhan. Namun, CoF kemungkinan bakal lebih rendah pada semester kedua seiring potensi penurunan suku bunga acuan.
“Meningkatnya belanja pemerintah, subsidi, dan pemilu pengeluaran akan meningkatkan CASA dan kualitas aset,” jelas Budi.
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono memandang bahwa BBRI menawarkan panduan yang agak datar di tahun 2024. Namun, tahun politik semestinya menjadi berkah untuk penyaluran kredit BBRI. Oleh karena itu, Bank BRI dinilai wajar menargetkan penyaluran dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 165 triliun di tahun 2024.
“Belanja pemilu yang diharapkan dan insentif pemerintah untuk UMKM, yang diluncurkan selama masa kampanye, harusnya menguntungkan BBRI,” kata Agus kepada Kontan.co.id, Selasa (6/2).
Baca Juga: Kredit Korporasi BRI Tumbuh Positif di Tahun 2023
Agus memaparkan, BBRI telah membukukan kinerja solid selama tahun lalu dengan pertumbuhan laba bersih 17,5% yoy menjadi sebesar Rp 60,1 triliun. Capaian ini terdorong Net Interest Margin (NIM) yang sedikit lebih tinggi dari 7,9% menjadi 8,0%, pertumbuhan pendapatan non bunga yang disesuaikan sebesar 9,7% yoy, pemulihan net interest margin (NIM), serta penurunan Loan Loss Provision (LLP) sebesar 11,5%yoy.
“Hasil yang diraih BBRI mencerminkan tantangan makroekonomi yang disebabkan oleh tingginya Cost of Fund (CoF), namun bank justru mampu beralih ke aset dengan imbal hasil lebih tinggi,” ungkap Agus.
Dia menyoroti, Cost of Credit (CoC) atau biaya dana BBRI sedikit menurun menjadi 2,38% di akhir tahun 2023 karena Bank BRI terus membersihkan pinjaman yang direstrukturisasi akibat Covid-19. Seperti diketahui, BBRI menghapus buku kredit Rp 34 triliun di tahun 2023, dan memproyeksi penghapusan pinjaman senilai Rp 33 triliun – Rp 34 triliun di tahun 2024.
Loan to Deposit Ratio (LDR) BBRI turun menjadi 93,23% di bulan Desember 2023 seiring dengan pertumbuhan deposito sebesar 5,3% qoq di kuartal Iv-2023. BBRI menambah simpanannya untuk mengantisipasi kebutuhan uang tunai yang lebih tinggi di semester pertama 2024 seiring periode Ramadhan dan Idul Fitri, serta untuk pembayaran dividen.
Current Account Saving Account (CASA) stabil di 64,35% di akhir kuartal IV 2023 dibandingkan 63,64% per kuartal III-2023. Oleh karena itu, Cost of Fund (CoF) diperkirakan akan tetap tinggi di kuartal I-2024 yang kemungkinan memberi tekanan pada NIM semester I-2024.
Sementara dari sisi kualitas aset, BBRI semakin membaik pada kuartal IV-2023 dengan Loan At Risk (LAR) turun menjadi 12,47% dan Non Performing Loan (NPL) menjadi 3,07%.
Agus mempertahankan rekomendasi buy untuk BBRI dengan target harga sebesar Rp 6.800 per saham. Sedangkan, Budi menyarankan Buy dengan target harga sebesar Rp 6.500 per saham untuk BBRI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News