Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Setelah sukses menggelar penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) pada medio Desember 2009, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) makin optimistis menatap bisnis di tahun depan. Maklum, bank pelat merah ini mematok target pertumbuhan kredit baru sebesar 20%.
Direktur Utama BBTN, Iqbal Latanro mengungkapkan, bank yang dia pimpin akan mengucurkan kredit ke sektor perumahan, apartemen, dan konstruksi. Tapi, dia masih enggan membeberkan secara detil berapa nilai kredit tersebut. "Yang pasti, untuk sektor perumahan akan mencapai 150.000 unit," kata dia kepada KONTAN, kemarin (30/12).
Sedangkan tahun ini, guyuran kredit BBTN cukup besar dan sudah mencapai target. Total outstanding kredit diproyeksikan mencapai Rp 40 triliun. "Pertumbuhan kredit kami lebih tinggi dari ekspektasi Bank Indonesia," kata Iqbal, tanpa menyebutkan angka pastinya.
Tiga sumber dana
Namun, sumber KONTAN membisikkan, sepanjang tahun ini BBTN sanggup mengucurkan kredit baru sekitar Rp 16 triliun. Jumlah ini naik 25% dari pencapaian tahun lalu. Dengan asumsi pertumbuhan 20%, kredit baru BBTN tahun depan bisa sebesar
Rp 19,2 triliun.
Target BBTN yang tinggi cukup beralasan lantaran kondisi perekonomian semakin membaik. Apalagi, tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan mencapai 5,5%, naik dari tahun ini sebesar 4,3%.
Bank BTN optimistis bisa mencapai target tersebut dengan sokongan sumber pendanaan. Iqbal bilang, ada banyak sumber pembiayaan. Pertama, menggunakan dana hasil IPO sebesar Rp 1,89 triliun. Perhelatan IPO tersebut juga membuat rasio kecukupan modal (CAR) BBTN naik dari 15,04% menjadi 27%.
Sumber kedua, BBTN berniat menerbitkan obligasi pada 2010. Nilainya sebesar Rp 1 triliun. Tapi, waktu penerbitan surat utang ini akan disesuaikan kondisi pasar.
Ketiga, BTN akan menerbitkan lagi Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA). "Rencananya, target KIK-EBA lebih tinggi dari tahun ini yang sebesar Rp 500 miliar," ungkap Iqbal.
Arief Kurniawan, Analis Andalan Artha Advisindo Sekuritas menilai, permintaan perumahan di Indonesia terus meningkat lantaran pertumbuhan penduduk masih tinggi dan membaiknya kondisi ekonomi. Dalam lima tahun terakhir, permintaan rumah baru mencapai 800.000 unit. Sementara, persediaannya hanya 400.000 unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News