kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.846.000   69.000   3,88%
  • USD/IDR 16.804   66,00   0,39%
  • IDX 6.254   286,04   4,79%
  • KOMPAS100 892   48,19   5,71%
  • LQ45 707   37,74   5,64%
  • ISSI 193   7,28   3,92%
  • IDX30 373   19,75   5,60%
  • IDXHIDIV20 451   19,32   4,47%
  • IDX80 101   5,64   5,89%
  • IDXV30 106   4,60   4,54%
  • IDXQ30 123   5,40   4,59%

Kepemilikan asing di SBN masih berpotensi meningkat


Minggu, 10 Februari 2019 / 16:26 WIB
Kepemilikan asing di SBN masih berpotensi meningkat


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - 

JAKARTA. Kepemilikan asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dipercaya masih akan terus meningkat dalam beberapa waktu ke depan.

Sebagai catatan, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu menunjukkan, kepemilikan dana asing di SBN telah mencapai Rp 925,68 triliun hingga Kamis (7/2). Dengan demikian, dana investor asing di SBN telah bertambah Rp 15,75 triliun dalam 4 hari pertama di bulan Februari.

Jika dihitung sejak awal tahun atau secara year to date, kepemilikan asing di SBN telah meningkat sebesar Rp 32,43 triliun.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menyampaikan, selama sentimen eksternal tetap positif bagi pasar SBN Indonesia, arus masuk dana dari investor asing sulit untuk dibendung.

Agenda pemilihan umum serentak yang kian dekat diyakini tidak akan berpengaruh signifikan terhadap sikap investor asing terhadap pasar SBN Indonesia.

Lebih lanjut, investor asing juga akan tetap masuk ke pasar SBN Indonesia ketika Bank Indonesia benar-benar menurunkan suku bunga acuan sewaktu-waktu nanti. Sebab, sejauh ini kenaikan suku bunga acuan yang telah dilakukan oleh BI lebih didorong oleh sentimen di pasar keuangan, bukan karena kenaikan inflasi.

“Investor asing memandang Indonesia akan baik-baik saja kalau suku bunga acuan di sini turun,” kata Anil, Jumat (8/2) lalu.

Batu sandungan yang bisa menghambat aksi beli investor asing di pasar SBN dalam waktu dekat adalah hasil data neraca transaksi berjalan atau current account defisit Indonesia yang belum memuaskan.

Sebagai informasi, defisit CAD Indonesia mencapai US$ 9,1 miliar atau 3,57% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV lalu. Adapun sepanjang 2018, defisit CAD Indonesia tercatat sebesar US$ 31,1 miliar atau setara dengan 2,98% dari PDB.

Desmon menilai, data CAD yang masih bermasalah memberi sinyal bahwa belum ada perubahan yang signifikan dari fundamental ekonomi di Indonesia. Hal ini nantinya akan sangat berpengaruh terhadap kurs rupiah yang cukup menentukan keinginan investor asing untuk berinvestasi di pasar SBN Indonesia.

“Investor asing masih akan menanti hasil implementasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi pelebaran defisit CAD,” ungkap dia, akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×