Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor asing secara perlahan mulai kembali masuk ke pasar surat berharga negara (SBN). Hal ini tercermin dari kenaikan kepemilikan asing pada SBN belakangan ini.
Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, per 15 November kepemilikan investor asing di SBN sudah sebesar Rp 973,62 triliun. Angka ini jauh lebih baik ketimbang periode Maret silam di saat investor asing berbondong-bondong keluar dari SBN. Saat itu level terendahnya berada di Rp 926 triliun.
Walau demikian, level saat ini sebenarnya masih jauh dari kepemilikan asing di saat sebelum terjadinya pandemi. Saat itu, kepemilikan investor asing mencapai Rp 1.030 triliun. Hal ini mengindikasikan investor asing masih cukup berhati-hati dalam menempatkan dananya di SBN.
“Sebenarnya investor asing memang belum agresif. Mereka baru masuk secara bertahap-tahap karena sambil memantau perkembangan Covid-19 di Indonesia yang sejauh ini masih tinggi. Terkait vaksin, investor asing ini menunggu terlebih dahulu sejauh mana efektivitasnya dan dampaknya,” kata Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie kepada Kontan.co.id, Rabu (16/12).
Baca Juga: Utang luar negeri RI meningkat, begini pandangan ekonom Indef
Senada, Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menyebut investor asing mengambil posisi wait & see karena melihat kinerja obligasi Indonesia secara year to date sudah mengungguli kinerja peers. Hal ini membuat investor asing merasa upside dari obligasi Indonesia cenderung terbatas.
Sementara Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menyebut, aliran dana investor asing sebenarnya masih akan berlanjut pada tahun depan. Hanya saja, menurutnya belum akan agresif selama vaksin belum teruji efektif dan menunjukkan dampaknya. Namun, dia optimistis jumlah dana investor asing di SBN pada tahun depan setidaknya bisa kembali ke level sebelum pandemi.
“Sejauh ini, Bank Indonesia mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan positif pada tahun depan. Begitupun laporan dari JPMorgan yang memandang positif ekonomi Indonesia. Dari sisi makro ekonomi Indonesia juga cukup bagus, rupiah pun stabil. Jadi ini bisa jadi faktor pendorong masuknya investor asing,” kata Ramdhan.
Baca Juga: Pemerintah telah menjual total Rp 397,56 triliun SUN ke BI untuk burden sharing
Ramdhan juga melihat pada tahun depan, jika ekonomi mulai pulih, investor dari kalangan perbankan akan kembali beralih ke sektor riil. Dengan keluarnya perbankan dari SBN, Ramdhan menilai ruang untuk investor asing akan semakin terbuka. Di satu sisi, semakin tingginya minat terhadap reksadana, juga membuat reksadana juga semakin kokoh di SBN.
Sedangkan Roby mengatakan, faktor lain yang akan mendorong masuknya investor asing adalah tren suku bunga dan yield yang sangat rendah di negara maju berlanjut. Dengan yield Indonesia yang termasuk tinggi dibanding peers, ini akan menarik minat para investor asing yang memang motif utamanya mencari yield yang lebih tinggi.
“Secara fundamental, obligasi Indonesia itu undervalued, jadi sudah saatnya obligasi kita lebih dilirik lagi oleh investor domestik maupun investor asing. Apalagi pemerintah dan bank sentral sejauh ini menjaga kinerja rupiah tetap stabil, suatu hal yang tentunya diinginkan investor asing ketika ingin berinvestasi di suatu negara,” tambah Dimas.
Baca Juga: Prospek investasi obligasi tahun 2021 diramal masih menarik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News