Reporter: Aris Nurjani | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing di surat utang negara (SUN) terus turun. Merujuk data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), pada 8 September, total kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 748,20 triliun.
Padahal di akhir Agustus 2022, kepemilikan asing di SBN masih Rp 759,51 triliun. Artinya, hingga 8 September, tercatat outflow sebesar Rp 11,31 triliun.
Dengan penurunan kepemilikan asing ini, porsi investor asing di SBN juga turun menjadi 14,94%. Padahal di akhir Agustus 2022 lalu masih 15,24%.
Penurunan kepemilikan asing di SBN ini dinilai tidak akan membuat rupiah berfluktuasi. Buktinya, pergerakan rupiah saat ini cenderung stabil dan lebih banyak digerakkan oleh faktor eksternal.
Head of Fixed Income Avrist Asset Management Zaki Aulia mengatakan, kepemilikan asing yang mengecil, terutama di pasar obligasi, membuat efeknya ke rupiah tidak sebesar sebelumnya.
Baca Juga: Rupiah Spot Dibuka Melemah ke Rp 14.853 Per Dolar AS Pada Hari Ini (13/9)
Asal tahu saja, di awal tahun 2020 lalu, kepemilikan asing di SBN masih mencapai 40%. Namun, perlahan tapi pasti, porsi asing di pasar obligasi dalam negeri menipis dan kini tinggal di kisaran 16%-14%,
"Sehingga efek dari terjadinya foreign outflow terhadap rupiah tidak akan sebesar sebelumnya," tutur Zaki kepada kontan, Senin (12/9).
Pelemahan rupiah yang terjadi saat ini lebih disebabkan karena menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) Sejak Federal Reserve melakukan tightening policy dan menaikkan tingkat suku bunga secara agresif, dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.
Menurut Zaki, faktor yang dapat membantu penguatan rupiah antara lain kenaikan tingkat suku bunga, inflasi yang terjaga dan inflow dari asing.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia sebesar 25 bps pada pertemuan bulan lalu menjadi sentimen positif terhadap rupiah.
"Dengan menaikkan suku bunga, maka BI memperlebar spread antara tingkat bunga dalam negeri dengan tingkat bunga di luar negeri khususnya Amerika Serikat, dan dapat menjaga terjadinya foreign outflow sehingga stabilitas rupiah menjadi lebih terjaga," Imbuhnya.
Baca Juga: Menkeu Sri Mulyani Optimistis Otot Rupiah Tetap Kuat, Ini Alasannya
Zaki pun memprediksi, rupiah akan bergerak stabil untuk beberapa hari ke depan, seiring investor yang masih akan menunggu rilis data inflasi AS.
"Rupiah pada akhir tahun akan berada di kisaran Rp 15.000 per dolar AS," kata dia.
Faktor pergerakan rupiah masih akan didominasi oleh faktor eksternal yaitu pergerakan dolar AS, dengan pasar mengantisipasi data inflasi AS dan kebijakan The Fed dalam menaikan suku bunga.
Dari sisi domestik, kondisi ekonomi yang masih relatif stabil mampu menjadi menjaga rupiah sehingga tidak terkoreksi terlalu dalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News