Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Awal tahun depan, Pemerintah berniat menaikkan tarif cukai rokok berkisar antara 5%-6% dari tarif sekarang. Kenaikan itu untuk mengimbangi target setoran cukai rokok tahun depan yang meningkat Rp 330 miliar menjadi Rp 57,33 triliun.
Akhmad Nurcahyadi, Analis BNI Securities menilai kenaikan ini akan mengganggu bisnis PT Gudang Garam Tbk (GGRM) karena bisa menggerus margin labanya. Nah, agar bisa mempertahankan margin seperti sekarang, mungkin, GGRM akan menaikkan harga jual rokok dan menggenjot penjualannya. "Biasanya seperti itu," tegasnya, kemarin.
Naya Tirambintang, Analis Danareksa Sekuritas juga berpendapat sama. Naya menilai GGRM sudah menyiapkan berbagai antisipasi untuk menghadapi kenaikan tarif cukai. Antisipasi yang sering dilakukan adalah "Menaikkan harga jual," katanya.
Lagi pula hampir setiap tahun tarif cukai rokok naik. Contohnya, Februari 2009, Pemerintah menaikkan tarif cukai rokok rata-rata 7%.
Secara keseluruhan, tahun ini bisnis GGRM tetap ngebul. Produsen rokok asal Kediri Jawa Timur ini memiliki pasar dan penggemar fanatik, terutama di pasar rokok kretek. "Kalau di rokok mild masih kalah melawan HM Sampoerna," kata Akhmad.
Akhmad meramal, tahun ini GGRM akan meraup penjualan Rp 32,26 triliun, naik 6,6% daripada pendapatan tahun lalu sebesar Rp 30,25 triliun. Laba bersih GGRM pun berpeluang naik 13,3%, dari Rp 1,8 triliun tahun lalu menjadi Rp 2,04 triliun pada tahun ini. "Penjualan rokok kretek masih bagus," katanya.
Naya juga melihat, penjualan GGRM masih akan tetap tumbuh tahun ini. Dia menilai GGRM termasuk produsen yang mampu membaca selera pasar perokok Indonesia.
Konsolidasi pada sistem distribusi rokok ke dalam wadah tunggal bernama PT Surya Madistrindo, anak usaha GGRM, juga menyebabkan perusahaan ini makin efisien. Efisiensi ini membawa dampak positif bagi keuangan produsen rokok terbesar kedua di Indonesia ini.
Naya memperkirakan, tahun ini GGRM mengantongi pendapatan Rp 31,10 triliun, naik 2,8% ketimbang tahun lalu. Sementara laba bersihnya sekitar Rp 1,89 triliun, sama dengan laba bersih tahun lalu.
Melihat prospek kinerja itu, Akhmad merekomendasikan beli saham GGRM dengan target harga pasar wajar Rp 17.000 per saham.
Naya juga merekomendasikan beli dengan target harga Rp 17.000 per saham. Menurut hitungannya, price earning ratio (PER) GGRM baru 11,7 kali, sementara PER industri sebesar 14,5 kali.
Pada penutupan perdagangan kemarin, harga GGRM berakhir di level Rp 14.400 per saham, turun 1,71% dari posisi sehari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News