kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kembali menguat, ini sentimen pendukung pergerakan rupiah pada hari ini (15/9)


Selasa, 15 September 2020 / 17:30 WIB
Kembali menguat, ini sentimen pendukung pergerakan rupiah pada hari ini (15/9)
ILUSTRASI. Rupiah ditutup menguat


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Surplus neraca perdagangan menambah sentimen positif pada penguatan rupiah di pasar spot pada hari ini. Mengutip Bloomberg, rupiah spot ditutup menguat 0,24% ke Rp 14.845 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Sementara, kurs tengah Bank Indonesia juga mencatat rupiah menguat 0,69% ke Rp 14.870 per dolar AS. 

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan neraca perdagangan Agustus yang surplus US$ 2,33 miliar mendukung penguatan rupiah yang juga mendapat sentimen positif dari eksternal. 

"Meski jumlah surplus lebih kecil dibanding bulan lalu tetapi tetap saja diharapkan surplus bisa memperkecil defisit transaksi berjalan," kata dia, Selasa (15/9). 

Baca Juga: Perkasa, rupiah ditutup menguat 0,24% ke Rp 14.845 per dolar AS pada hari ini (15/9)

Alwi memproyeksikan, beban defisit transaksi berjalan bisa menurun karena mendapat dukungan dari Indonesia yang tidak lagi bergantung untuk impor obat terapi penyembuhan pasien Covid-19, Avigan.

Hal ini disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir, bahwa anak usaha PT Bio Farma, PT Kimia Farma (KAEF) mampu memproduksi favipiravir dengan merek jual Avigan di dalam negeri. 

Sementara dari eksternal, Alwi melihat investor mulai kembali melirik aset berisiko. Sebelumnya, di pekan lalu dolar AS banyak diburu sebagai aset safe haven. Salah satu faktor yang membuat aset berisiko kembali dilirik adalah pengadaan vaksin di luar negeri yang direncanakan lebih cepat, yaitu di akhir tahun. 

Selain itu, dolar AS cenderung bearish karena pelaku pasar memproyeksikan hasil rapat Federal Reserve di pekan ini masih berkutat pada penerapan suku bunga rendah, meski inflasi naik dan hingga ekonomi AS benar-benar pulih. Alhasil rupiah jadi memiliki ruang untuk menguat. 

Namun, Alwi memproyeksikan pergerakan rupiah di Rabu (16/9), berpotensi flat dengan kecenderungan menguat. "Pergerakan rupiah masih akan flat karena pelaku pasar wait and see sikap The Fed dan Bank Indonesia untuk pekan ini," kata Alwi. 

Sejatinya, proyeksi sikap The Fed yang dovish bisa melemahkan dolar AS dan menguatkan rupiah. Namun, pelaku pasar juga menanti pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang terlaksana dua hari ke depan. 

Baca Juga: Neraca dagang Agustus 2020 surplus US$ 2,33 miliar

"Pasar menanti outlook ekonomi Indonesia di tengah masa pandemi sudah mulai optimis atau masih ada keraguan, sehingga pergerakan rupiah cenderung wait and see, flat," kata Alwi. 

Senada, Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana memproyeksikan rupiah masih lanjut menguat karena selain disokong sentimen surplus neraca perdagangan, aliran dana asing yang masuk dan tingginya cadangan devisa membuat fundamental rupiah masih bisa menguat. 

Sentimen eksternal juga berpotensi menyokong penguatan rupiah. Menurut Fikri sentimen perang dagang AS dan China beberapa waktu terakhir belum kembali menjadi sentimen penggerak. Alhasil, rupiah masih bisa terapresiasi. 

Fikri memproyeksikan rupiah besok bergerak di Rp 14.720 per dollar AS hingga Rp 14.790 per dollar AS. Sementara, Alwi proyeksikan berada di Rp 14.700 per dollar AS hingga Rp 14.900 per dollar AS. 

Selanjutnya: Surplus neraca dagang Indonesia dan efeknya ke IHSG

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×