Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pada Rabu (24/10), pasar saham Amerika Serikat memerah. Penurunan tajam terjadi pada sektor teknologi menjadi penyebabnya. Selain itu, investor juga mencemaskan mengenai kinerja laporan keuangan emiten pada kuartal ini.
Data Reuters menunjukkan, indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 608,01 poin menjadi 24.583,42. Penurunan ini menghapus seluruh kenaikan indeks di sepanjang 2018. Sedangkan indeks S&P 500 merosot 3,1% menjadi 2.656,10. Alhasil, indeks S&P mencatatkan kinerja negatif tahun ini. Kondisi serupa juga dialami indeks Nasdaq yang ambles 4,4% menjadi 7.108,4 sehingga memasuki teritori negatif.
"Kian meningkatnya gambaran buram kondisi makroekonomi membayangi outlook kinerja emiten di 2019. Kondisi ini menyebabkan investor mengabaikan permulaan yang solid pada musim dirilisnya laporan keuangan kuartal tiga. Sementara, valuasi mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir," jelas Alec Young, managing director FTSE Russell seperti yang dikutip dari CNBC.
Sekadar informasi saja, pada transaksi tadi malam, saham-saham berbasis teknologi mengalami tekanan besar. Netflix tumbang 9,4%. Sementara Facebook dan Alphabet keduanya turun lebih dari 5%. Pun demikian halnya dengan saham Apple yang anjlok 3,4%. Adapun AT&T merosot lebih dari 8,1% setelah merilis kinerja kuartalannya.
Jika dikalkukasikan, Wall Street mengalami tekanan di sepanjang bulan ini. Indeks Dow Jones sudah ambles 7,1% di sepanjang Oktober. Sedangkan indeks S&P 500 melorot 8,9%. Di sisi lain, indeks Nasdaq anjlok 11,7%.
Kecemasan mengenai perlambatan ekonomiakibat kenaikan tingkat suku bunga meningkat. Apalagi data Departemen Perdagangan menunjukkan, penjualan rumah baru melorot ke posisi terendah dalam dua tahun terakhir. Data ini juga memukul saham-saham pengembang perumahan. SPDR S&P Homebuiders ETF anjlok 3,5%.
"Data perumahan tidak terlalu bagus. Banyak sekali ketidakpastian pada tahun depan. Sepertinya, pelaku pasar lebih nyaman melakukan trading jangka pendek ketimbang jangka panjang," jelas JJ Kinahan, chief market strategist TD Ameritrade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News