kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Karya Masriadi Primadona di Singapura


Rabu, 14 Oktober 2009 / 06:36 WIB
Karya Masriadi Primadona di Singapura


Sumber: KONTAN | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Nama pelukis I Nyoman Masriadi makin berkibar di jagat seni lukis modern dan kontemporer. Dalam dua ajang lelang di Singapura akhir pekan lalu, lukisan karya Masriadi mencatatkan harga penjualan tertinggi.

Karya Masriadi berjudul Bima Mencukur Bapak Arjuna terjual S$ 436.600 atau Rp 2,95 miliar pada lelang di Balai Lelang 33 di Singapura, Jumat (9/10). Ini merupakan harga tertinggi lukisan pada lelang tersebut, dan mengalahkan 67 lukisan lainnya, termasuk karya pelukis terkenal China.

Yang kedua, lukisan Masriadi berjudul Book Lover terjual S$ 588.000 atau Rp 3,97 miliar di Balai Lelang Borobudur, pada Minggu (11/10). Harga ini melompat dua kali lipat di atas perkiraan awal senilai Rp 1,35 miliar.

Yang jelas, tiga tahun terakhir, nama Masriadi melesat bak meteor di dunia lukisan kontemporer Asia. Mei 2008, lukisannya berjudul Sudah Biasa Ditelanjangi terjual US$ 538.000 di lelang Christie's. Oktober 2008, karyanya berjudul The Man from Bantul laku US$ 1 juta pada lelang Sotheby's Hong Kong, dan ini rekor tertinggi harga lukisan modern di Asia Tenggara.

Agus Dermawan, kolektor lukisan menilai, meledaknya karya Masriadi ditopang selera pasar lukisan kontemporer yang sedang ngetren saat ini. Tren pasar saat ini mengarah ke tema lukisan sederhana dan ringan. "Karya Masriadi cocok untuk pasar saat ini," kata Agus, Selasa (13/10).

Andi Yustana, pemilik Andi's Gallery berkata, pemulihan ekonomi ikut memulihkan pasar lukisan. Sebab, perburuan lukisan makin ramai. Dus, harga pun naik.

Di sisi lain, Kurator Independen Kuss Indarto mengkhawatirkan, kenaikan harga lukisan Indonesia dipicu aksi goreng-menggoreng. "Di Indonesia, itu mungkin terjadi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×