Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK) telah mengikat kontrak penjualan 16 juta ton batubara bagi pasar ekspor pada tahun 2010. Pembelinya berasal dari China, India, dan beberapa perusahaan asing, seperti Morgan Stanley dan Glencore International.
KARK memperkirakan harga rata-rata ekspor di tahun depan sekitar US$ 50 per ton. "Dengan harga itu, penjualan kami tahun depan bisa sekitar US$ 800 juta," ujar Heriman Setyabudi, Asistant President Director Finance & Business Development KARK, di Jakarta, kemarin (23/12).
Ini prestasi besar bagi KARK, karena kontrak ekspor itu setara 20 kali lipat dibandingkan penjualannya sepanjang tahun ini, yaitu sebanyak 804.950 ton. Wajar jadinya, KARK tidak akan bisa memenuhi kontrak itu hanya dari tambangnya.
Oleh sebab itu, mereka akan memenuhinya dari kerjasama operasi (KSO). Saat ini, KARK memiliki lima KSO: satu berada di Kalimantan Timur dan empat di Kalimantan Selatan.
Awal 2010, akan bertambah satu lagi KSO di Kalimantan Tengah. "Produksi dari KSO akan menyumbang sekitar 60% dari total 16 juta ton," kata Heriman. Sisa kebutuhan berasal dari perdagangan batubara yang dilakoni KARK.
Sementara produksi batubara dari dua Kuasa Pertambangan (KP) milik KARK akan dijual di dalam negeri. Tahun depan, produksi dua KP itu 200.000 ton per bulan atau 2,4 juta ton setahun. Saat ini, KARK sudah memiliki kontrak pengiriman batubara dengan PT Indonesia Power, Pembangkit listrik Paiton, dan Bukit Asam Prima.
Kalau lancar, itu merupakan pencapaian luar biasa bagi KARK. Sebab, hingga akhir September 2009, pendapatan KARK sebesar Rp 122,02 miliar atau naik 8,13% dari periode sama 2008. Sedangkan laba bersih naik 5,01% menjadi
Rp 8,17 miliar.
Untuk modal tahun depan, KARK mendapat pinjaman dari Bank International Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia sebesar US$ 25 juta. Mereka juga dapat pinjaman dari Wood Star Jaya Sdn Bhd sebesar US$ 15 juta, dan US$ 65 juta dari ING Bank.
Selain itu, KARK berniat mencari dana lewat pasar modal. Seperti, penerbitan obligasi atau penerbitan saham baru (rights issue). "Kami perlu dana sekitar US$ 150 juta," kata Direktur Utama KARK, Sudiro Andi Wiguno.
Tahun depan, KARK juga akan melepas anak usahanya di bidang properti. Yakni, PT Elok Asri Indah Permai, dan PT Lembah Seni Rejeki. Dua perusahaan ini di bidang perumahan dengan pangsa pasar penjualan perumahan sederhana. Per September 2009, Lembah Seni Rejeki memiliki total aset Rp 18,25 miliar dan Elok Asri Indah Permai sebesar Rp 15,12 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News