kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kapasitas produksi INTP naik jadi 25 juta ton


Selasa, 01 Maret 2016 / 14:28 WIB
Kapasitas produksi INTP naik jadi 25 juta ton


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Kapasitas produksi semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) tahun ini bakal meningkat menjadi 25 juta ton semen per tahun. Peningkatan kapasitas produksi ini ditopang oleh pembangunan pabrik P14 di kawasan pabrik Citeureup, Bogor yang ditargetkan selesai pertengah tahun ini .

Pigo Pramusakti, Sekretaris Perusahaan INTP mengatakan, biaya investasi untuk pembangunan pabrik baru ini senilai Rp 5,5 triliun. Pembangunan pabrik dengan kapasitas produksi 4,4 juta ton per tahun tersebut sudah berlangsung sejak tahun 2013. 

"Pabrik P14 sudah hampir selesai, ya tengah tahun ini mudah-mudahan (beroperasi). Karena itu brownfield dan terletak di komplek pabrik Indocement sendiri, jadi tidak perlu bangun infrastruktur, sarana dan prasarana baru jadi lebih kecil biayanya," ungkap Pigo kepada KONTAN. Pabrik P14 sendiri diharapkan selesai pada bulan Mei atau Juni 2016 dan akan diuji coba selama delapan bulan ke depan. Saat ini, INTP memiliki 12 pabrik yang sebagian besar berada di Citeureup. Sedangkan pabrik lainnya berada di Palimanan-Cirebon dan Tarjun-Kalimantan Selatan. 

INTP sendiri menargetkan capital expenditure (capex) tahun ini sebesar Rp 2 triliun hingga Rp 3 triliun atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 4 triliun. Pasalnya, pada tahun sebelumnya banyak belanja modal yang difokuskan kepada pembangunan P14, sehingga tahun ini ada pengurangan mengingat pembangunan sudah hampir selesai.

Capex tersebut akan digunakan untuk operasional dan pengembangan organik serta beberapa proyek anak perusahaan. Yang jelas, INTP tahun ini menargetkan pertumbuhan lebih tinggi 1% hingga 2% dibandingkan Gross Domestic Product (GDP). 

"Untuk bangun P14 kan kita memakai pendanaan bertahap. Mulai dari capex tahun 2013 sudah jalan, bertahap sampai sebagian sapex tahun 2015 lalu, Yang jelas itu sedikit berkurang dibandingkan tahun sebelumnya," lanjutnya.

Selain pabrik P14, INTP juga tengah fokus membangun pabrik baru yang terletak di Pati, Jawa Tengah. Rencananya, pembangunan pabrik yang berada di Pati akan dimulai pada tahun 2017. Kini INTP telah mendapatkan izin analisis mengenai dampak lingkungan yang sebelumnya terkendala masalah perizinan dan persengketaan di PTUN Semarang.

"Pati tetap jalan, pasti lanjut itu untuk pembangunan akan dimulai tahun 2017. Diharapkan tahun 2019-2020 itu bisa kita operasikan, soalnya pembangunan pabrik baru itu kan butuh 2-3 tahun," lanjutnya.

Pabrik di Pati itu ditargetkan mampu memberikan tambahan produksi semen sebesar 2,5 juta ton per tahun. Tapi tidak menutup kemungkinan dibangun untuk kapasitas yang lebih besar hingga 4,4 juta ton per tahun dengan mempertimbangkan potensi pasar Jawa Tengah.

Selain itu, INTP juga masih memiliki beberapa opsi untuk pembangunan pabrik baru lainnya. Saat ini, Langkat-Sumatera Utara dan Tarjun-Kalimantan Selatan masuk sebagai opsi. Namun, saat ini prosesnya masih dalam visibility study untuk melihat kemungkinan yang paling terbuka.

"Langkat, Sumatera Utara itu masih visibility study, masih kami lihat apakah bagus atau tidak. Sedangkan Tarjun, Kalimantan Selatan sebenarnya brownfield itu, sudah ada pabrik di sana tapi kami masih pertimbangkan. Saat ini kami masih fokus untuk yang Pati, kalau itu sudah berjalan baru kita pikir untuk pabrik selanjutnya," Kata Pigo.

Saat ini perseroan mengaku kinerja tahun 2015 masih positif, namun pihaknya belum bisa memberikan informasi mengenai kinerja keuangan. Ia mengatakan bahwa laporan keuangan tahunan akan siap pada tengah bulan depan.

Asal tahu saja, pada kuartal III tahun lalu, pendapatan bersih INTP turun dibandingkan periode sebelumnya. Pada September 2014, INTP mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp 14,16 triliun sedangkan September tahun lalu hanya Rp 12,88 triliun. Beban pokok pendapatan mencapai Rp 7,1 triliun dibandingkan sebelumnya Rp 7,8 triliun, Sedangkan laba bersih tercatat sebesar Rp 3,21 triliun turun dibandingkan Rp 3,73 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×